Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Warisan Tuan Batu Api: Sejarah, Spiritualitas, dan Budaya Lokal

Avatar Ambar Blezi

Makam Keramat Tuan Batu Api. Lebih dari sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh, makam ini menjadi simpul narasi antara sejarah lokal, legenda heroik, dan praktik budaya yang terus hidup hingga kini (Raden Fatah)

Di jantung Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, terdapat sebuah situs budaya yang menyimpan jejak sejarah panjang sekaligus menjadi pusat kepercayaan masyarakat: Makam Keramat Tuan Batu Api. Lebih dari sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh, makam ini menjadi simpul narasi antara sejarah lokal, legenda heroik, dan praktik budaya yang terus hidup hingga kini.

Artikel ini akan mengupas peran penting makam tersebut dalam membentuk identitas lokal, baik dari sudut pandang historis, kultural, maupun religius.

Dari Marge ke Tulung Selapan: Sejarah Lahirnya Sosok โ€œTuan Batu Apiโ€

Sejarah lisan masyarakat menyebutkan bahwa Tulung Selapan dulunya dikenal sebagai Marge, sebuah wilayah subur di bagian timur Sumatra Selatan. Kehidupan masyarakatnya yang makmur terganggu oleh kedatangan penjajah Belanda, yang dipimpin oleh tokoh bernama Panjongos. Mereka merampas hasil bumi rakyat dan memaksa wilayah itu tunduk pada kekuasaan kolonial.

Dalam masa gelap penjajahan ini, muncul seorang lelaki paruh baya yang konon memiliki kemampuan luar biasa. Ia disebut mampu mengangkat sebuah batu besar yang memancarkan api, dan dengan keberanian itu, ia membakar semangat rakyat untuk melawan penjajah. Sosok ini kemudian dikenal sebagai Panglima Batu Api sebuah julukan simbolik yang merepresentasikan kekuatan, keberanian, dan perlawanan rakyat.

Menariknya, narasi ini tidak hanya berhenti sebagai kisah heroik, tetapi menyatu dalam struktur toponimi: nama Tulung Selapan sendiri diyakini berasal dari tulung (sungai) yang tak pernah kering, dan selapan (sejenis kayu), menjadikan wilayah ini sebagai simbol kekayaan alam dan spiritualitas.

Antara Sejarah dan Mistik: Siapa Tuan Batu Api Sebenarnya?

Dalam versi sejarah yang lebih terdokumentasi, sosok Tuan Batu Api diidentifikasi sebagai Kyai Abdurrachman bin Sopa Hamid, seorang ulama militan yang berperan dalam mempertahankan Kesultanan Palembang Darussalam, khususnya pada masa Perang Menteng. Beliau dikenal sebagai ahli strategi perang dan pengguna meriam, yang dalam narasi rakyat disebut sebagai โ€œbatu apiโ€.

Hal ini menunjukkan adanya transformasi figur historis menjadi figur spiritual. Karisma dan peran perjuangannya kemudian diberi lapisan mistis dalam cerita rakyat, yang menjadi fondasi kepercayaan masyarakat sekitar. Masyarakat percaya bahwa beliau memiliki kesaktian, dapat menyembuhkan penyakit, hingga melindungi warga dari bencana alam.

Misalnya, dalam satu kisah, saat Tulung Selapan dilanda banjir besar, Tuan Batu Api dikisahkan melakukan ritual khusus untuk memohon perlindungan. Secara spiritual, banjir yang surut setelah ritual itu diyakini sebagai bukti keberkahan dan kekuatan doanya.

Simbol Kolektif dan Kekuatan Tradisi

Makam Tuan Batu Api tidak hanya menjadi situs ziarah, tetapi juga ruang sosial dan budaya yang aktif. Setiap tahun, masyarakat mengadakan peringatan dengan doa bersama, pengajian, dan kegiatan sosial seperti berbagi makanan. Aktivitas ini mencerminkan nilai gotong royong, solidaritas sosial, dan penguatan identitas kolektif.

Dalam konteks antropologis, tradisi ziarah ini tidak semata praktik religius, melainkan juga mekanisme transmisi budaya. Ia menjadi ruang intergenerasional di mana nilai-nilai lokal diwariskan, sekaligus menjadi panggung pembentukan narasi identitas komunitas yang tahan terhadap perubahan zaman.

Kebudayaan Orang-Orang Suku Komering di Sumatera Selatan

Dari Sakralitas Lokal ke Peninggalan Budaya Nasional

Dalam beberapa tahun terakhir, makam Tuan Batu Api menarik perhatian peneliti sejarah dan antropologi budaya. Penelitian terhadap makam ini membuka peluang untuk mengkaji bagaimana figur lokal dapat mengalami proses โ€œpengultusanโ€ dalam ingatan kolektif masyarakat.

Pemerintah daerah mulai melakukan upaya pelestarian, baik dalam bentuk konservasi fisik makam maupun peningkatan aksesibilitas bagi pengunjung. Ini merupakan langkah penting dalam menjadikan situs ini sebagai bagian dari warisan budaya tak benda yang tidak hanya penting bagi masyarakat Tulung Selapan, tetapi juga bagi narasi sejarah Indonesia secara keseluruhan.

Makam Tuan Batu Api merupakan cermin dari bagaimana sejarah lokal, spiritualitas, dan identitas budaya berkelindan dalam satu ruang yang sama. Ia bukan hanya tempat mengenang tokoh masa lalu, tetapi juga media ekspresi nilai-nilai masyarakat yang terus hidup dan berkembang.

Dengan menjaga dan menghidupkan cerita di balik makam ini, masyarakat Tulung Selapan sejatinya sedang melakukan perlawanan terhadap lupa melawan kecenderungan untuk mengabaikan sejarah lokal demi narasi besar yang sering kali seragam. Karena itu, situs ini layak dipandang sebagai arsip hidup yang menyimpan hikmah dan inspirasi bagi generasi mendatang.

Avatar Ambar Blezi

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter