Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Sang Habib “Aneh” Pecinta Sepak Bola

Avatar Taslim Batubara

Quraish tetap menghasilkan seabrek karya yang semakin meneguhkan posisinya sebagai intelektual besar Indonesia (Pinterest/Imam Bayhaqi)

Siapa tidak kenal Quraish Shihab, seorang ulama, ahli tafsir kenamaan, dan intelektual dengan segudang prestasi. Salah satu karya monumentalnya ialah Tafsir al-Misbah. Ia juga dikenal sebagai habib dari marga Shihab. Sebagai habib, ia menjadi panutan umat.

Siapa sangka, dibalik citra dan kesan kaku, Quraish tampil sebagai seorang habib yang beda dari habib pada umumnya. Habib satu ini penggila bola. Dua hal pemicu Quraish jatuh hati pada klub sepak bola Real Madrid dan Leonardo de Stefano. Maklum saja, Real Madrid pada masa itu menjadi klub terhebat dengan raihan berbagai gelar Eropa.

Sementara De Stefano merupakan top skor serta peraih Ballon d’Or  tahun 1957 dan 1959. Kecintaannya terhadap sepak bola seperti membawa pesan pembeda bagi khalayak, bahwa “habib juga manusia biasa”.

Dalam otobiografinya Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab (2015), Quraish menuturkan bagaimana dia bersama adiknya, Alwi Shihab, pernah menempuh jarak berpuluh kilometer demi menyaksikan Real Madrid berlaga di Mesir.

Sebagai mahasiswa dengan uang pas-pasan, berjalan kaki menjadi pilihan demi pertandingan klub idola. Kegilaan terhadap sepak bola membuat Quraish bersama para pelajar Indonesia lainnya di Mesir juga mendirikan klub sepak bola Bernama Bu’uts.

Kegemaran terhdap sepak bola membuat penulis buku Islam yang Disalah pahami ini memiliki kebiasan tidur larut malam. Kebiasaan ini semakin parah jika klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu bertanding. Quraish rela hingga pagi mantengin Real Madrid bertanding meski esok hari harus bekerja. Seperti pengakuannya, kebiasaan ini masih terbawa hingga kini, walau ia sudah tidak muda lagi.

Naturalisasi dan Local Pride dalam Sepak Bola Indonesia: Perdebatan yang Tak Kunjung Usai!

Keunikannya ini pernah dikuatkan oleh anaknya, Najwa Shihab. Nana, panggilan akrab host program Mata Najwa, mengatakan kebiasaan ini melekat pada diri Abi (Quraish) sejak lama. Apalagi ketika piala dunia sedang berlangsung.

Seluruh anggota keluarga sudah punya jadwal rutin untuk menemani Abi bergadang, Dalam keseruan menonton pertandingan, tidak jarang Abi bergadang, tidak jarang Abi dan yang lainnya saling ejek jika tim favoritnya kalah. Keseruan ini menjadi sebuah hal yang sangat dirindukan oleh semua anggota keluarga.

Kebiasaan Quraish bergadang pernah berkurang ketika memangku beberapa jabatan penting di pemerintahan dan universitas. Menurutnya, ada sebuah tanggung jawab yang lebih besar; sehingga ia harus rela menggeser kebiasaannya ini.

Tapi, ketika Los Galacticos yang bertanding, dorongan untuk kembali bergadang tidak terbendung. Ia akan semangat melihat klub kesayangannya berlaga, walaupun harus mengorbankan waktu tidurnya.

Kebiasaan in tidak berdampak serius bagi karir akademik Quraish. Sampai hari ini, Quraish tetap menghasilkan seabrek karya yang semakin meneguhkan posisinya sebagai intelektual besar Indonesia. Quraish juga seorang yang tidak gila pujian. Meski seorang habib, Quraish juga seorang yang tidak gila pujian. Meski seorang habib, Quraish enggan dipanggil dengan panggilan tersebut. Baginya, perilaku maupun sikapnya belum sama sekali menunjukkan sebagai keturunan Nabi. Hal ini menunjukkan bahwa Quraish adalah pribadi yang rendah hati.

Selain itu, sebagai seorang mufasir dan Doktor lulusan Al-Azhar, Kairo, Quraish juga tidak terlalu membanggakan statusnya tersebut. Kesederhanaan barangkali sudah menjadi sifat lahiriah Quraish. Di mata keluarga dan juga teman-teman sejawatnya, Quraish merupakan sosok teman, ayah, kakek, dan ulama yang santun. Quraish selalu menekankan kepada siapapun agar tidak pernah menyombongkan keturunan, jabatan, dan yang lainnya.

Keunikan diri Quraish Shihab kemudian menjadi pembeda untuk memahami pemaknaan habib. Quraish menjadi citra, bahwa habib juga melakukan hal-hal yang bersifat keduniawian; selama tidak bertentangan dengan syariat. Habib tidak hanya berkaitan dengan hal keagamaan. Habib juga selayaknya manusia umumnya.

Avatar Taslim Batubara

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter