Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Urgensi Merawat dan Menghidupkan Museum dr. Soetomo Nganjuk

Avatar Marsya Dwi Amailia

Museum dr. Soetomo di Nganjuk, Jawa Timur, didirikan atas semangat nasionalisme dan penghargaan mendalam kepada dr. Soetomo.

Museum dr. Soetomo di Nganjuk, Jawa Timur, didirikan atas semangat nasionalisme dan penghargaan mendalam kepada dr. Soetomo, pahlawan besar pendiri Boedi Oetomo sekaligus pelopor kebangkitan nasional Indonesia. Museum ini berdiri sebagai saksi bisu sejarah perjuangan dan dedikasi sang dokter, terutama selama masa pengabdiannya di Surabaya. Di dalamnya, tersimpan koleksi otentik seperti peralatan kesehatan, foto-foto bersejarah, hingga dokumen penting Boedi Oetomo. Namun, ironisnya, kondisi museum saat ini justru memprihatinkan dan menimbulkan keresahan bagi pengunjung maupun masyarakat Nganjuk.

Suasana Sepi dan Minim Pengunjung

Keprihatinan mendalam sulit dihindari saat memasuki Museum dr. Soetomo. Suasananya terasa begitu sepi dan hampa, jauh dari kesan semarak yang seharusnya dimiliki sebuah museum pahlawan nasional. Padahal, sebagai penyimpan jejak perjuangan bangsa, museum ini semestinya menjadi destinasi utama bagi pelajar, mahasiswa, dan wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat sosok dr. Soetomo.

Kenyataan pahit ini diungkapkan oleh banyak pelajar SMA yang mengunjunginya untuk pertama kali. Pengalaman mereka menegaskan sebuah fakta miris: museum bersejarah sebesar ini ternyata kurang mendapat perhatian, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Minimnya promosi, keterbatasan fasilitas pendukung, serta nihilnya kegiatan edukatif yang menarik membuat museum ini sepi pengunjung. Akibatnya, potensi besar museum sebagai sarana pembelajaran sejarah dan pemupukan nasionalisme menjadi sia-sia.

Koleksi Bernilai Edukasi Tinggi

Padahal, museum ini menyimpan koleksi bernilai tak terhingga yang merefleksikan jejak hidup dan perjuangan dr. Soetomo. Di antara koleksi tersebut terdapat peralatan kedokteran otentik yang beliau gunakan saat berpraktik di Surabaya, memberikan gambaran nyata dunia medis awal abad ke-20. Terdapat pula koleksi foto pribadi yang mengisahkan perjalanan hidupnya, buku-buku tua berbahasa Belanda dan Jerman yang menunjukkan luasnya wawasan beliau, hingga meja operasi yang menjadi saksi dedikasi dr. Soetomo dalam melayani sesama.

Benda-benda ini bukan sekadar artefak usang. Ia adalah bukti konkret ketokohan dr. Soetomo sebagai dokter dan pejuang pergerakan, sekaligus sumber pembelajaran kaya tentang dedikasi, etika profesi, dan semangat kemanusiaan. Sayangnya, nilai edukasi yang begitu besar sering kali tidak tersampaikan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh minimnya sosialisasi dan promosi, serta tata pamer yang belum dimodernisasi agar lebih interaktif bagi pengunjung masa kini.

Ironi Penghormatan: โ€œBangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Pahlawannyaโ€

Museum ini didirikan oleh pemerintah sebagai wujud penghormatan kepada dr. Soetomo, pahlawan nasional asal Nganjuk. Namun, penghargaan itu terasa belum tercermin dalam pengelolaan dan perawatannya. Pengalaman pengunjung sering kali diwarnai kekecewaan akibat kondisi museum yang kurang terawat, kebersihan yang tidak terjaga, dan fasilitas yang tidak memadai.

BACA JUGA: Ketika Warisan Sejarah Dilindas Kelalaian: Batu Andesit Candi Terbuang di Pemakaman

Lebih menyedihkan lagi, halaman museum yang seharusnya menjadi ruang representatif justru kerap disalahgunakan untuk aktivitas yang jauh dari nilai pendidikan, seperti tempat menggembala kambing. Pemandangan ini menunjukkan rendahnya rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif terhadap warisan sejarah. Kondisi ini bukan hanya cerminan kelalaian pengelola, tetapi juga rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga peninggalan berharga.

Ini adalah panggilan bagi semua pihak pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan untuk segera mengambil langkah nyata merevitalisasi museum.

Langkah Nyata yang Mendesak

Penting bagi pemerintah daerah, provinsi, dan pusat untuk tidak tinggal diam. Museum bukanlah sekadar gudang barang tua, melainkan ruang hidup yang seharusnya menjadi pusat edukasi, inspirasi, dan kebanggaan warga Nganjuk. Beberapa langkah konkret yang harus segera diambil antara lain:

  1. Menambah alokasi dana untuk perawatan koleksi, perbaikan fisik, dan penyediaan fasilitas pendukung yang layak.
  2. Menyelenggarakan kegiatan kreatif dan edukatif secara rutin agar museum menjadi ruang publik yang hidup dan bermakna.
  3. Menggalakkan literasi sejarah dan promosi aktif ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan sosok dr. Soetomo kepada generasi muda.

Menumbuhkan Kepedulian Bersama

Museum dr. Soetomo adalah cerminan dari cara kita, sebagai bangsa Indonesia dan khususnya masyarakat Nganjuk, menghargai jasa pahlawan. Museum ini bukan sekadar bangunan, melainkan simbol identitas yang menyimpan nilai-nilai patriotisme dan dedikasi dr. Soetomo. Jangan biarkan ia menjadi ruang kosong yang sunyi dan terlupakan.

Sudah saatnya pemerintah, masyarakat, dan generasi muda bersatu padu merawat, melestarikan, dan menghidupkan kembali museum ini. Melalui kolaborasi nyata, kita tidak hanya menjaga fisik bangunan dan koleksinya, tetapi juga merevitalisasi fungsinya sebagai sumber inspirasi. Dengan demikian, semangat dr. Soetomo akan terus hidup, memotivasi kita untuk berkontribusi bagi kemajuan daerah dan bangsa.

Avatar Marsya Dwi Amailia

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *





Subscribe to our newsletter