Pada tanggal 18 November 2024, Institut Agama Islam Negeri Udinus (IAINU) Tuban menjadi tempat bertemunya para akademisi, peneliti sejarah, dan para pemerhati kebudayaan dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema penting tentang perjalanan dakwah Islam di Kabupaten Tuban. Kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi antara beberapa lembaga yang peduli terhadap pelestarian sejarah Islam lokal, yaitu Yayasan Studi Sejarah Kulit Pohon, Yayasan Lingkar Studi Sejarah dan Kebudayaan Murtasiyah, serta komunitas Tuban Bercerita.
Dengan mengusung topik โDakwah Islam Lokal Kabupaten Tuban,โ diskusi ini berupaya menggali pengetahuan mendalam tentang proses islamisasi yang terjadi di Tuban melalui pendekatan kajian manuskrip kuno, pengelolaan skriptorium, serta studi nisan-nisan kuno sebagai peninggalan berharga dalam memetakan persebaran Islam.
Diskusi dimulai dengan pemaparan materi oleh tiga narasumber yang masing-masing membagikan sudut pandang unik dan menarik terkait sejarah Islam di Tuban. Pemateri pertama, Jergian Jodi, menyajikan kajian menarik mengenai proses islamisasi di Tuban melalui analisis manuskrip atau naskah kuno. Dalam paparan tersebut, Jergian menekankan pentingnya manuskrip sebagai media dokumentasi tertulis yang mencatat perjalanan dakwah dan penyebaran Islam sejak zaman dahulu.
Manuskrip-manuskrip tersebut tidak hanya merekam doktrin agama, tetapi juga kehidupan sosial budaya masyarakat Tuban waktu itu. Dari penelitian Jergian dapat dipahami bagaimana proses islamisasi berjalan secara bertahap dan melebur dengan adat istiadat lokal, membentuk identitas Islam Tuban yang khas.
Pemateri kedua, Syah Rijal, menguraikan materi tentang skriptorium, yakni pusat-pusat pengelolaan dan penyimpanan naskah kuno yang berkembang di tengah masyarakat Tuban. Syah menjelaskan bahwa masyarakat Tuban bukan hanya sebagai objek dakwah, namun juga menjadi bagian dari pelestarian tulisan dan pengetahuan Islam melalui peran aktif mereka sebagai penjaga naskah-naskah.
Kajian Syah membuka mata peserta FGD bahwa aspek budaya tulis menulis dan pelestarian naskah kuno mempunyai peranan sentral dalam menyokong dakwah Islam secara lokal.
Sementara itu, pemateri ketiga, Teguh, melengkapi diskusi dengan menyoroti peninggalan nisan-nisan kuno sebagai sumber data penting. Teguh memaparkan bagaimana studi terhadap makam-makam yang menggunakan bahasa Arab dapat memberikan gambaran visual dan kronologis persebaran dakwah Islam di berbagai wilayah Tuban.
Selain dari aspek epigrafi, nisan-nisan juga menjadi saksi bisu perjalanan tokoh-tokoh penyebar Islam dan pengaruh sosial keagamaan yang mereka bawa. Lewat pendekatan ini, peserta memahami pentingnya peninggalan material sebagai pelengkap data sejarah yang seringkali tidak tertulis dalam dokumen resmi.
FGD yang berlangsung di IAINU Tuban ini menarik antusiasme tinggi dari berbagai kalangan, mulai dari dosen, mahasiswa jurusan sejarah dan agama, hingga para penggiat komunitas sejarah dan budaya lokal. Diskusi berjalan interaktif dengan pertanyaan-pertanyaan kritis yang membahas potensi dan tantangan pelestarian naskah kuno, skriptorium, dan nisan.ย
Beberapa isu strategis yang muncul dalam diskusi antara lain pentingnya teknologi digitalisasi untuk menyelamatkan dan mengakses manuskrip kuno yang rentan rusak. Selain itu, perlunya peta atau database yang memetakan situs makam dan skriptorium agar lebih mudah diakses peneliti dan masyarakat umum.
Pembahasan juga menekankan perlunya penguatan peran masyarakat melalui program literasi budaya, pengembangan museum mini, atau festival budaya yang mengangkat tema sejarah Islam di Tuban sebagai media edukasi nonformal.
Sebagai penutup kegiatan, FGD menghasilkan sejumlah rekomendasi yang dianggap krusial untuk menjaga dan mengembangkan warisan dakwah Islam di Tuban. Pertama, mendorong kolaborasi riset antar perguruan tinggi, yayasan sejarah, dan komunitas agar kajian terkait manuskrip, skriptorium, dan nisan kuno terus berlanjut dengan pendekatan multidisipliner.
Kedua, penggunaan teknologi informasi sebagai media dokumentasi dan penyebaran hasil riset, termasuk pembuatan peta digital situs-situs bersejarah guna mempermudah akses dan pelestarian.
Ketiga, pelibatan masyarakat secara lebih luas melalui pelatihan konservasi naskah, penyelenggaraan workshop penulisan sejarah lokal, serta kampanye literasi sejarah di sekolah-sekolah untuk menumbuhkan rasa milik dan kebanggaan pada warisan budaya. Keempat, menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah guna memasukkan pelestarian sejarah Islam sebagai bagian dari program pariwisata budaya dan pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Kegiatan Focus Group Discussion ini merupakan langkah strategis yang menguatkan sinergi antara ilmu pengetahuan, budaya, dan kepedulian masyarakat dalam melestarikan dakwah Islam berbasis warisan lokal Kabupaten Tuban. Melalui pemahaman mendalam tentang manuskrip kuno, pengelolaan skriptorium, dan kajian nisan kuno, Tuban semakin diposisikan sebagai pusat kajian sejarah Islam yang kaya khazanah dan inspiratif.
Upaya bersama ini diharapkan tidak hanya menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu, tetapi juga pijakan bagi pembangunan identitas dan kebudayaan Islam yang lestari di masa depan.Demi menjaga keberlanjutan kajian dan pelestarian warisan ini, kerjasama antara perguruan tinggi, yayasan, komunitas, dan pemerintah daerah harus terus dipererat. Dengan demikian, dakwah Islam yang telah mewarnai Tuban dari zaman dahulu dapat terus memberikan inspirasi dan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Tinggalkan Balasan