Kurangnya minat generasi muda terhadap peninggalan sejarah dan kebudayaan di Kabupaten Nganjuk, khususnya Candi Ngetos, menunjukkan sebuah tantangan serius. Fakta bahwa sebagian besar siswa di Nganjuk belum pernah mengunjungi Candi Ngetos bahkan banyak yang tidak mengetahui sejarah besarnya adalah indikasi bahwa upaya pemberdayaan dan promosi warisan budaya daerah belum berjalan optimal untuk menjaga keberlangsungannya.
Akar Masalah: Promosi Budaya yang Tertinggal di Era Digital
Situasi ini tidak bisa dilepaskan dari cara promosi yang belum beradaptasi dengan tren anak muda, terutama Generasi Z. Generasi ini adalah konsumen utama informasi dari media sosial seperti Instagram dan TikTok, platform yang mengandalkan daya tarik visual dan kecepatan. Sayangnya, promosi Candi Ngetos masih minim di ranah digital, membuat situs bersejarah yang bernilai edukatif ini terpinggirkan dan kurang diminati.
Padahal, Candi Ngetos menyimpan narasi sejarah yang luar biasa dan merupakan bagian vital dari identitas kultural Nganjuk. Dengan pengenalan yang tepat, candi ini dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang membangun rasa bangga akan akar budaya lokal.
Strategi Menuju Perubahan: Sinergi Digital dan Edukasi
Untuk menjembatani kesenjangan ini, diperlukan sebuah terobosan strategis yang menyatukan berbagai elemen secara sinergis. Langkah utamanya adalah melakukan revolusi promosi digital, di mana pemerintah daerah menjadikan media sosial seperti TikTok dan Instagram sebagai ujung tombak. Melalui konten kreatif seperti virtual tour atau storytelling yang menarik, persepsi “kuno” dapat diubah menjadi “keren”. Upaya digital ini harus diimbangi dengan penghidupan kembali program edukasi langsung di sekolah-sekolah, dengan mengemas kunjungan belajar ke Candi Ngetos menjadi pengalaman yang modern dan menyenangkan.
BACA JUGA: Melalui โTraveling Vintageโ, Sejarawan Anna Nur Nita Ajak Pelajar Nganjuk Mengenal Candi Lor
Guna memperluas jangkauannya, kolaborasi dengan influencer lokal maupun nasional menjadi krusial untuk menerjemahkan narasi sejarah secara relevan bagi audiens muda. Namun, promosi tidak akan berarti tanpa keberlanjutan. Oleh karena itu, pelibatan aktif masyarakat dan komunitas budaya setempat menjadi kunci untuk menumbuhkan rasa memiliki yang akan memastikan Candi Ngetos terawat dengan baik. Pada akhirnya, semua ini perlu ditopang oleh peran proaktif pemerintah dalam menyediakan fasilitas pendukung yang memadai mulai dari papan informasi modern hingga pusat edukasi demi menciptakan pengalaman berkunjung yang utuh dan berkesan.
Tugas Bersama untuk Generasi Masa Depan
Menghadapi era digital yang dinamis, kegagapan dalam memanfaatkan teknologi akan membuat warisan budaya seperti Candi Ngetos semakin terlupakan. Modernisasi promosi dan edukasi sejarah harus menjadi prioritas utama.
Pada akhirnya, menghidupkan minat generasi muda pada Candi Ngetos adalah tugas bersama yang membutuhkan sinergi antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan pelaku industri kreatif. Dengan strategi yang inovatif dan terarah, warisan budaya ini tidak hanya akan lestari, tetapi juga menjadi sumber kebanggaan dan inspirasi yang membentuk jati diri generasi masa depan Indonesia.
Tinggalkan Balasan