Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Perempuan Batik Berdarah Indo-Eropa “Eliza van Zuylen”

Avatar Marsyidza

Eliza van Zuylen perempuan batik berdarah Indo-Eropa merintis usaha batik di Pekalongan (Dallas Museum of Arts)

Batik Jawa, pada mulanya sebagian besar diproduksi atau dihasilkan oleh perempuan pribumi hanya untuk konsumsi pribadi. Namun pada akhir abad ke-19 batik mulai diproduksi secara komersial dan menciptakan pusat industri batik besar di beberapa daerah.

Rumah produksi batik di dirikan oleh perempuan-perempuan yang sebagian besar merupakan kelas menengah, yang berasal dari Eropa dan Asia, Tionghoa, atau Arab, dan tinggal di antara penduduk Jawa setempat dan masyarakat kolonial Belanda.

Selain kelompok tersebut  perempuan-perempuan yang memungkinkan dapat memproduksi batik pada masa itu yaitu berasal dari kaum Indo-Eropa, Tionghoa Peranakan, dan masyarakat Jawa kelas atas. Salah satunya yang terkenal dan menjadi salah satu maestro batik Belanda pada masa itu yaitu Eliza van Zuylen.

Maestro batik itu seorang perempuan keturunan Belanda

Eliza van Zuylen yang memiliki nama asli yaitu Eliza Charlotta Niessen yaitu wanita berdarah Indo-Eropa, lahir pada tahun 1863 di Batavia sebagai putri seorang tentara Belanda dan wanita Indo-Eropa.

Eliza van Zuylen adalah seorang pengusaha batik terkemuka di Pekalongan, Jawa Tengah, yang berperan penting dalam pengembangan batik Belanda pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. 

Eliza sendiri pindah dan menetap di Pekalongan karena ikut suaminya Alphons Van Zuylen, yang dimana diangkat menjadi inspektur pemerintah dan dipindah tugaskan ke Pekalongan. 

Sejak tahun 1850-an Pekalongan telah menjadi pusat produksi batik yang penting masa itu. Perkembangan industri batik di Pekalongan mebuat Eliza van Zuylen tertarik untuk belajar batik. Ia mulai belajar batik pada tahun 1888 setelah kepindahannya ke Pekalongan.

Pada mulanya Eliza Van Zuylen hanya membantu di rumah produksi batik atau bengkel batik milik saudara perempuannya yaitu Christina van Zuylen.  Pada tahun 1890 Eliza van Zuylen kemudian mendirikan bengkel batiknya sendiri dirumahnya di Bugisan bersama tiga pembatik Jawa.

Rumah produksi Eliza van Zuylen juga menerima dan memproduksi untuk permintaan ekspor ke Eropa. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tinggi, rumah produksi batik milik Eliza van Zuylen kemudian berkembang menjadi besar dan dapat menampung lebih dari 100 orang pengrajin batik.

Pada tahun 1904 rumah produksi milik Eliza van Zuylen pindah ketempat yang lebih luas yaitu di Heerenstraat yang dekat dengan alun-alun Pekalongan, dimana dibagian belakang dijadikan tempat produksi, yang terdapat dua ruangan produksi. Pertama ruangan khusus untuk pembatik berpengalaman dan ruangan khusus pembatik pekerja.

Hingga pada tahun 1918 Eliza van Zuylen menjadi pengusaha batik Indo-Eropa terbesar di pulau Jawa, yang menjadikan usaha batik Indo-Eropa yang bertahan dari depresi ekonomi tahun 1930-an. Batik yang dihasilakna karya Eliza van Zuylen disebut dengan โ€œPan Sellenโ€ atau โ€œBangsellenโ€ oleh kalangan pribumi.

Masterpiece motif batik Eliza van Zuylen 

Pada batik tersebut pula Eliza van Zuylen mengenakan motif yang dikenal dengan nama โ€Van Zuylen Bouquetโ€ atau disebut dengan motif โ€buketanโ€ yang menjadi motif yang paling terkenal dalam karya batiknya. 

Motif Van Zuylen Bouquet yaitu motif batik dengan desain bunga bergaya Eropa yang terinspirasi dari buku hortikultura Belanda, bunga-bunga Eropa yang diimpor, dan dongeng-dongeng Eropa, kemudian digambar di atas kain dengan lilin panas oleh para pembatik. Motif batik ini juga seringkali dikenakan ole perempuan Belanda.

Meskipun motif buketan telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh Ny. Lien Metzelaar, namun pada batik โ€Pan Sellenโ€ Eliza van Zuylen mempopulerkan motif tersebut secara besar besaran. Batik karya Eliza van Zuylen terkenal dengan penggunaan warna-warna patel yang banyak diminati oleh pelangganya. 

Pada rumah produksinya pewarnaan kain batik masih menggunakan bahan alami, seperti warna kuning dari kulit jirek, warna merah menggunakan akar pohon mengkudu, dan beberapa warna alami lainnya yang diramu sendiri secara khusus agar mengahasilkan warna-warna yang indah. Eliza Van Zuyilen mulai menggunakan warna sintetis pada batik karyanya yaitu mulai tahun 1935 yang diperoleh dari Eropa.

Harga batik di masa kolonial

Kualitas dan keindahan dari batik yang dihasilkan oleh Eliza van Zuylen ini banyak digemari oleh para pelanggannya dan menjadikan harga batik yang dihasilkan sangatlah fantastis. Dimana satu lembar kain batik pada masa itu dihargai antara 15 hingga 20 gulden. Harga tersebut lebih tinggi dari pada harga emas pada masa itu yaitu 1 gulden/gramnya.

Sehingga batik yang dihasilkan Eliza van Zuylen termasuk kedalam barang yang mewah pada saat itu. Sehingga banyak pengrajin batik yang terispirasi dengan batik yang diproduksi oleh Eliza van Zuylen. Agar dapat diketahui keaslian karya batik Eliza van Zuylen ia menggunakan stampel dan tanda tangan pada kain batik yang diproduksinya.

Tanda tangan yang tertera pada batik yang diproduksinya yaitu bertuliskan โ€E V Zuylenโ€  dengan menggunakan tinta emas dan stempel rumah produksi berbentuk oval dan bertulisakan โ€ Batikkerij Mevr. E. van Zuylen, Pekalonganโ€ merupakan batik yang dibuat di rumah produksi atau bengkel batik milik Eliza van Zuylen.


Avatar Marsyidza

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter