Kota Pagar Alam, yang terletak di Provinsi Sumatra Selatan, memiliki sejarah panjang yang berakar pada peradaban kuno. Sebelum menjadi kota otonom, Pagar Alam merupakan bagian dari Kabupaten Lahat. Kota ini resmi berdiri sendiri pada 21 Juni 2001, dengan tujuan mempercepat pembangunan dan meningkatkan pelayanan masyarakat.
Nama “Pagar Alam” diyakini berasal dari kata “Pagar” yang berarti benteng atau batas, serta “Alam” yang merujuk pada lingkungan alamiah. Sejarah mencatat bahwa wilayah ini merupakan bagian dari kebudayaan Besemah, yang terkenal dengan peninggalan kebudayaan megalitik yang berusia ribuan tahun. Batu-batu berukir, arca, dan struktur pemujaan yang ditemukan di berbagai lokasi menjadi bukti bahwa wilayah ini telah ada interaksi manusia sejak zaman prasejarah.
Pagar Alam memiliki cerita rakyat yang melegenda, salah satunya adalah kisah Si Pahit Lidah. Dalam mitos masyarakat Sumatra Selatan, Si Pahit Lidah dikenal sebagai sosok sakti yang memiliki kekuatan untuk mengutuk siapa saja yang membuatnya marah menjadi batu. Konon, situs-situs megalitik yang tersebar di Pagar Alam merupakan hasil kutukan tersebut. Meski kisah ini bersifat legenda, keberadaan Si Pahit Lidah sangat berpengaruh pada tradisi lisan masyarakat Besemah yang diwariskan turun-temurun.
Selain Si Pahit Lidah, ada pula tokoh pejuang lokal bernama Puyang Raje Tanding. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berani dan gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Puyang Raje Tanding menggunakan strategi gerilya di wilayah pegunungan sekitar Pagar Alam, memanfaatkan medan yang sulit dijangkau untuk melawan penjajah. Namanya kini diabadikan dalam berbagai cerita rakyat dan dikenang sebagai simbol keberanian masyarakat Besemah.
BACA JUGA:
Bambang Utoyo: Pahlawan Palembang yang Terlupakan
Pada masa penjajahan Belanda, Pagar Alam menjadi salah satu sentra perkebunan kopi dan teh yang penting di Sumatra Selatan. Perkebunan ini tidak hanya berperan besar dalam perekonomian lokal, tetapi juga menarik pekerja dari berbagai daerah. Akibatnya, Pagar Alam berkembang menjadi daerah dengan keragaman etnis dan budaya yang kaya. Bangunan berarsitektur kolonial yang masih berdiri hingga kini menjadi saksi bisu masa kejayaan tersebut.
Setelah berpisah dari Kabupaten Lahat pada tahun 2001, Pagar Alam mulai berfokus pada pembangunan di berbagai sektor. Perbaikan infrastruktur, pelayanan publik, dan promosi pariwisata menjadi prioritas utama pemerintah daerah. Upaya ini terbukti membuahkan hasil, menjadikan Pagar Alam sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Sumatra Selatan.
Selain penduduk asli suku Besemah, Pagar Alam juga dihuni oleh kelompok etnis lain seperti Jawa, Minang, Batak, Tionghoa, Arab, dan India. Keragaman ini menciptakan harmoni sosial yang unik, tercermin dalam tradisi, kuliner, dan kesenian
Pagar Alam dikenal sebagai kota dengan pesona alam yang memukau. Gunung Dempo, yang menjulang setinggi 3.159 meter, menjadi ikon kota ini dan favorit bagi para pendaki. Selain itu, hamparan perkebunan teh, air terjun yang indah, dan situs megalitik menjadikan Pagar Alam destinasi yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sejak menjadi kota otonom, Pagar Alam gencar membangun infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kenyamanan warga. Salah satu pencapaian penting adalah peresmian Bandara Atung Bungsu pada 28 Februari 2013, yang mempermudah akses ke kota ini dan membuka peluang investasi yang lebih luas.
BACA JUGA:
Kebudayaan Orang-Orang Suku Komering di Sumatera Selatan
Pagar Alam memiliki sejumlah institusi pendidikan yang berperan penting dalam mencetak generasi muda yang berkualitas. Beberapa perguruan tinggi seperti STKIP Muhammadiyah Pagar Alam dan STIE Lembah Dempo berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah ini.
Meskipun memiliki potensi besar, Pagar Alam juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, peningkatan kualitas pendidikan, dan pengembangan infrastruktur yang merata. Namun, dengan komitmen pemerintah daerah dan dukungan masyarakat, Pagar Alam memiliki prospek cerah untuk terus berkembang sebagai kota yang maju, berbudaya, dan sejahtera.
Sebagai kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan keindahan alam, Pagar Alam menawarkan pengalaman unik bagi siapa saja yang berkunjung. Perpaduan antara warisan masa lalu dan potensi masa depan menjadikan Pagar Alam salah satu destinasi yang patut dijelajahi.
Tinggalkan Balasan