Candi Lor, meskipun saat ini tampak sebagai tumpukan struktur bata merah yang tidak utuh, menyimpan narasi historis yang dekat dengan asal usul Kabupaten Nganjuk. Pengalaman ini terefleksikan waktu berpartisipasi sebagaiย tour guide dalam kegiatan “Traveling Vintage 2025” di Kabupaten Nganjuk.
Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama yang berkaitan dengan sejarah di kota orang. Kesempatan ini, yang bertepatan dengan masa libur kuliah, dimanfaatkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut guna praktik dan membagikan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan. Meskipun pengetahuan mengenai sejarah Candi Lor tergolong sangat terbatas, namun setidaknya pola pikir dan pemahaman historis dapat diterapkan untuk mencari data sejarah Candi Lor.
Sebelum terlibat dalam kegiatan Traveling Vintage 2025 Kabupaten Nganjuk, pemahaman mengenai Candi Lor sangat terbatas. Pertama kali yang terlintas, pada saat riset tentang Candi Lor, adalah tumpukan bata merah yang sudah tidak berbentuk seperti struktur candi pada umumnya, layaknya Candi Deres yang ada di Kabupaten Jember.
Kondisi ini sempat menimbulkan keraguan mengenai kedalaman materi yang dapat disampaikan kepada peserta. Materi mengenai candi umumnya berpusat pada aspek arsitektural. Namun, dengan kondisi Candi Lor yang telah menjadi reruntuhan, terdapat keraguan mengenai materi yang akan disampaikan kepada para pelajar pada saat menjadi tour guide dalam kegiatan Traveling Vintage.

Namun, persepsi awal tersebut perlahan mulai memudar setelah memahami lebih dalam mengenai sejarah Candi Lor. Penemuan mengenai keterkaitan erat antara Candi Lor dan sejarah asal usul Kabupaten Nganjuk menghilangkan keraguan sebelumnya. Berdasarkan data sumber sejarah yang didapatkan, bahwa di balik struktur bata yang tampak sederhana, terkandung narasi sejarah yang besar mengenai asal usul Kawasan Nganjuk.
Candi Lor, terlepas dari kondisi fisik struktur berupa reruntuhan bata merah, memiliki keterkaitan erat dengan sejarah Nganjuk. Tak heran jika Candi Lor menjadi salah satu tempat bersejarah yang dikunjungi dalam kegiatan Traveling Vintage Kabupaten Nganjuk 2025. Karena dibalik reruntuhan Candi tersebut terkandung narasi sejarah mengenai identitas Nganjuk sehingga penting untuk diketahui oleh para generasi muda Nganjuk, khususnya dalam hal ini adalah para pelajar tingkat SMA.
Candi Lor: Prespektif Historis
Candi Lor terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Candi ini memiliki nilai sejarah yang erat dengan asal usul Kabupaten Nganjuk. Struktur bangunan dengan berbahan dasar bata merah sering dikaitkan dengan monument hari jadi Kabupaten Nganjuk. Tertuang dalam prasasti yang ditemukan di area candi Lor yakni, Prasasti Anjuk Ladang termuat tulisan angka tahun saka. Tulisan angka tahun itulah yang kemudian dijadikan sebagai tahun hari jadi Kabupaten Nganjuk.
Prasasti Anjuk Ladang sekarang berada di Museum Nasional Indonesia. Prasasti tersebut sudah dipindahkan dari tempat asalnya sejak masa kolonial Belanda. Pada tahun 1913 dalam catatan catatan Belanda, Prasasti Anjuk Ladang dibawa ke Museum Batavia, yang merupakan cikal bakal Museum Nasional Indonesia untuk dilakukan alih aksara dan pengkajian lebih dalam.
Berdasarkan data sejarah, pembacaan angka tahun dalam Prasasti Anjuk Ladang memiliki beberapa versi, khususnya angka tahun saka yang termuat. Menurut Dr. Jan Laurens Andries Brandes angka tahun yang termuat dalam prasasti tersebut adalah 857 saka. Pembacaannya pada baris pertama dalam Prasasti Anjuk Ladang adalahย โswasti cakawarsatita 857 caitramasa tithi dwadacicuklapaksaโ.ย Pendapat itu mengutip dariย Oud Javaansche Oorkonden. Batavia: Albrecht & Co., 1913,P.84.ย

Sumber: KITLV 87783 http://hdl.handle.net/1887.1/item:768623
Berbeda pendapat dengan L.C. Damais seorang sejarawan asal Paris yang fokus mengenai sejarah Indonesia. Ia membaca isi dari Prasasti Anjuk Ladang, angka tahun yang termuat dalam baris pertama yakni tahun 859 saka. N.J. Krom berpendapat bahwa, perbedaan pembacaan isi prasasti tersebut dikarenakan, aksara yang menunjukan angka tahun dalam Prasasti Anjuk Ladang aus.
Pada akhirnya pemilihan tahun hari jadi Kabupaten Nganjuk mengarah pada angka tahun 859 saka, yakni hasil dari pembacaan L.C. Damais. Pemilihan hari jadi tersebut bukan tanpa alasan, yakni dipilih atas kesepakatan para sejarawan lokal dan telah melalui berbagai proses kajian secara historis. Keputusan ini didasarkan pada tinjauan ulang terhadap bukti-bukti sejarah yang telah ditemukan.ย
Pembacaan yang dilakukan oleh Brandes dan Damais berasal dari era yang berbeda. Damais selain sebagai sejarawan ia juga menggunakan pendekatan filologis. Pada saat itu ilmu epigrafi (studi prasasti) juga telah berkembang.
Prasasti Anjuk Ladang erat kaitannya dengan penetapan Nganjuk sebagaiย simaย oleh Raja Mpu Sindok. Jika angka tahun 859 Saka dapat dikaitkan secara lebih konsisten atau logis dengan lini masa pemerintahan dan kebijakan-kebijakan Raja Mpu Sindok yang terdokumentasi dari sumber lain, maka hal ini akan memperkuat argumen untuk pemilihan tahun tersebut.
Misalnya, jika ada peristiwa penting lain di sekitar tahun 859 Saka dalam catatan kerajaan yang mendukung signifikansi penetapanย simaย Nganjuk pada tahun tersebut. Meskipun saat ini Candi Lor hanya tampak sebagai tumpukan bata merah yang sederhana, di balik wujud fisiknya tersimpan nilai sejarah yang sangat penting bagi Kabupaten Nganjuk.
Candi ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan menjadi titik awal penetapan hari jadi Kabupaten Nganjuk berdasarkan prasasti yang ditemukan di sekitarnya. Keberadaannya tidak hanya mewakili jejak peradaban masa lalu, tetapi juga menjadi pengingat bagi masyarakat akan asal-usul dan identitas daerah yang diwariskan hingga kini. Dengan demikian, Candi Lor bukan sekadar reruntuhan, melainkan simbol akar budaya dan kebanggaan masyarakat Nganjuk yang harus dijaga keberlanjutannya.
Tinggalkan Balasan