Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Candi Lor dan Jejak Mpu Sindok: Menyingkap Asal-Usul Kabupaten Nganjuk

Avatar Dimas Permadi

Catatan tertua mengenai Candi Lor berasal dari tahun 1817 dan ditulis oleh Raffles. Ia mencatat bahwa di Distrik Anjoek terdapat sebuah bangunan suci yang berdiri megah, dengan bentuk yang menyerupai Candi Jabung di Probolinggo (Foto: Wikipedia)

Candi Lor merupakan salah satu candi yang terletak di Kabupaten Nganjuk, yang kini dikenal sebagai kota angin di Jawa Timur, menyimpan kisah sejarah panjang yang tak banyak diketahui masyarakat luas. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Candi Lor sebagai salah satu kunci untuk menyingkap asal-usul wilayah ini dengan tokoh penting dibaliknya adalah Mpu Sindok, seorang tokoh besar dari abad ke-10. Melalui jejak sejarah ini, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga memahami akar identitas budaya dan kebangsaan yang melekat pada Kabupaten Nganjuk.

Candi Lor: Sisa Sejarah yang Terlupakan

Candi Lor terletak di Kelurahan Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Sekilas, bentuknya mungkin tidak seikonik Borobudur atau Prambanan. Namun, Candi Lor justru memegang peran penting perjalanan sejarah lokal. Bangunan ini dipercaya sebagai salah satu peninggalan tertua di Nganjuk dan memiliki hubungan erat dengan Raja Mpu Sindok. Menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, Mpu Sindok merupakan raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, yang memerintah sekitar tahun 929 โ€“ 947 sekaligus yang memindahkan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa bagian Timur.

Catatan tertua mengenai Candi Lor berasal dari tahun 1817 dan ditulis oleh Raffles. Ia mencatat bahwa di Distrik Anjoek terdapat sebuah bangunan suci yang berdiri megah, dengan bentuk yang menyerupai Candi Jabung di Probolinggo. Menurut pengamatannya, kesamaan tersebut menunjukkan bahwa sejumlah candi di wilayah timur memiliki ukuran dan desain yang hampir serupa serta dibangun menggunakan bahan yang sejenis.

Pada tahun 1866, Hoepermans mendokumentasikan kondisi Candi Lor yang saat itu hanya berupa puing-puing bangunan dari bata merah, yang sebagian besar telah ditumbuhi pohon beringin. Ia mencatat bahwa bangunan tersebut tidak memiliki hiasan atau relief dan pintu masuknya menghadap ke arah barat. Di lokasi tersebut ditemukan beberapa arca dalam kondisi rusak, termasuk arca Ganesha dan Nandi, yang kemudian dipindahkan ke Kediri pada Juli 1986.

Selanjutnya, pada tahun 1908 Knebel mencatat keberadaan sebuah candi tak beratap di ketinggian dekat jalan Desa Papoengan. Bangunan itu telah dililit oleh akar pohon sepreh. Di sekitarnya ditemukan yoni yang sudah rusak dan sebuah makam. Situs Candi Lor ini juga dikenal sebagai tempat pertapaan seorang tokoh bernama Gentiri.

Meski kini hanya tersisa bagian bawah (alas) candi dan beberapa struktur batuan, Candi Lor tetap menjadi penanda penting bahwa Nganjuk sudah menjadi bagian dari pusat aktivitas politik dan spiritual sejak masa awal Kerajaan Mataram Kuno.

Mpu Sindok: Pemimpin Visioner di Tengah Bencana

Mpu Sindok adalah sosok yang memegang peranan besar dalam sejarah Jawa. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa. Ia dikenal sebagai raja terakhir dari Wangsa Sanjaya di Mataram Kuno dan sekaligus pendiri Wangsa Isyana, dinasti baru yang memimpin setelah pusat kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur. Perpindahan itu sendiri diyakini sebagai respons terhadap bencana alam besarโ€”kemungkinan letusan gunung atau banjir besar di sekitar Jawa Tengahโ€”yang memaksa perubahan arah politik dan geografis.

Pada tahun 937 Masehi, Mpu Sindok mengeluarkan prasasti yang menyebutkan pendirian sebuah wilayah baru di daerah yang kini dikenal sebagai Nganjuk. Nama wilayah itu adalah Anjuk Ladang, yang dalam Bahasa Jawa Kuno dapat diartikan sebagai โ€œtanah kemenanganโ€, sehingga prasasti Anjuk Ladang yang kini menjadi landasan sejarah resmi Hari Jadi Kabupaten Nganjuk.

BACA JUGA:

Dari Negarakertagama ke Candi Deres โ€“ Ekspedisi Sejarah Eps 1

Disebutkan bahwa rakyat wilayah tersebut membantu pasukan Mpu Sindok dalam mengusir musuh dari kerajaan. Sebagai bentuk penghargaan, wilayah itu kemudian dijadikan desa sima (desa perdikan), yaitu desa yang dibebaskan dari pajak karena berjasa besar bagi kerajaan. Inilah tonggak awal berdirinya Nganjuk, yang kelak tumbuh menjadi kota penting di jalur tengah Pulau Jawa.

Menurut Anna Nur Nita seorang sejarawan muda asal Nganjuk menyebutkan bahwa Candi Lor berdasarkan temuan arkeologis dan narasi sejarah, diyakini sebagai penanda berdirinya wilayah sima Anjuk Ladang. Dengan demikian, hubungan antara Candi Lor dan Mpu Sindok menjadi sangat erat dalam pembentuk sejarah panjang Kabupaten Nganjuk.

Hari Jadi Kabupaten Nganjuk: Menghidupkan Kembali Sejarah

Berdasarkan kajian sejarah dan temuan arkeologis berupa prasasti, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk pada 10 April 937 M, merujuk pada tanggal yang tertulis dalam Prasasti Anjuk Ladang. Penetapan ini bukan sekadar penanda waktu, tetapi juga pengakuan terhadap peran strategis masyarakat Nganjuk dalam sejarah kerajaan Nusantara.

Memperingati Hari Jadi bukan hanya seremonial, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan sejarah yang membentuk jati diri masyarakat. Sayangnya, banyak generasi muda Nganjuk yang belum mengenal sosok Mpu Sindok maupun keberadaan Candi Lor. Padahal, situs tersebut menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi budaya.

Traveling Vintage Kabupaten Nganjuk Tahun 2025

Justru sangat beruntung menjadi generasi muda yang melek dengan sejarah dan sadar dengan pelestarian cagar budaya, bahwa dengan diadakannya acara โ€œTraveling Vintage Kabupaten Nganjukโ€, sebuah acara jelajah sejarah yang diinisiasi oleh sejarawan muda Anna Nur Nita. Acara ini mengajak generasi muda yang terhimpun dari beberapa delegasi Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Nganjuk untuk lebih memahami dan meningkatkan kecintaan terhadap sejarah dimana mereka asal. 

Demikian posisi Candi Lor dan jejak Mpu Sindok bukan sekadar catatan arkeologis atau kisah kerajaan lama. Keduanya adalah bagian dari narasi panjang yang membentuk Kabupaten Nganjuk, dari masa lalu yang penuh perjuangan hingga menjadi wilayah yang tumbuh dinamis di era modern. Saat Hari Jadi Kabupaten Nganjuk dirayakan setiap tahun, semestinya bukan hanya pesta rakyat yang digelar, tapi juga momentum refleksi untuk lebih mengenal siapa kita dan dari mana kita berasal.

Melalui pemahaman sejarah yang utuh, masyarakat Nganjuk dapat membangun masa depan dengan fondasi yang kuat. Dan semuanya dimulai dari mengenang dan menjaga warisan leluhurโ€”seperti Candi Lor dan Mpu Sindokโ€”yang telah mengukir jejaknya di tanah yang dulu disebut Anjuk Ladang.

Avatar Dimas Permadi

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *





Subscribe to our newsletter