Di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi pendidikan, Pondok Pesantren Sumber Wringin yang terletak di kawasan Jember justru menyimpan jejak sejarah intelektual Islam yang nyaris terlupakan. Sejumlah manuskrip kuno peninggalan ulama masa lampau ditemukan masih tersimpan rapi di lingkungan pesantren tersebut, menjadi saksi bisu warisan keilmuan Islam yang pernah berkembang pesat di wilayah Jember Utara.
Saya sebagai mahasiswa Sejarah Peradaban Islam dari Universitas Islam Kh Achmad Siddiq Jember sekaligus pegiat naskah kuno menunjukkan bahwa terdapat tiga bundel naskah yang dapat di akses oleh peneliti. Usia naskah diperkirakan berusia ratusan tahun dan masih bertahan di pesantren tersebut. Tentunya peneliti tidak serampangan mengatakan usia naskah sudah mencapai ratusan tahun, karena terdapat kolofon di bagian akhir halaman yang menunjukkan 1819.
Naskah-naskah yang ditemukan mencakup berbagai disiplin ilmu seperti fikih, tafsir, hadis, mushaf Al-Qur;an, dan catatan sanad keilmuan para ulama terdahulu. Kiai Saiful selaku lora Ponpes Sumber Wringin mengatakan โjadi disini memang banyak mas naskah-naskah kuno atau manuskrip peninggalan dari pendiri atau Kiai Sukri, sampai banyak yang datang kesini ingin memebeli naskah ini mas, namun sama saya tidak di perbolehkanโ ujar Kiai Saiful yang sedang menunjukkan sebuah manuskrip beraksara Arab dan Pegon yang sudah mulai rapuh termakan usia.
Saya mendapatkan manuskrip tersebut ditulis dengan tinta berwarna hitam dan merah menggunakan kertas Eropa dengan dibuktikannya adanya watermark dan sebagian juga menggunakan kertas dari daluwang di bagian akhir halaman. Naskah ditulis dalam bahasa Arab, namun ada pula yang menggunakan bahasa Jawa dan Madura dengan menggunakan aksara pegon.
Hal ini mencerminkan adanya proses akulturasi antara kebudayaan Jawa, Madura, dan Arab sebagaimana yang sudah lazim terjadi di pesantren-pesantren di Jember. Dari hasil temuan ini membuka peluang besar untuk pengembangan kajian sejarah lokal, khususnya sejarah ulama lokal di Jember. Kondisi demikian menurut peneliti perlu ada upaya lebih lanjut dari pihak akademisi, untuk melakukan penelitian dan pengkajian dari para filolog agar peningggalan warisan buadaya lokal tidak hilang.ย
Adapun faktor-faktor kerusakan pada naskah disebabkan karena proses penyimpanan yang terlalu lembab tetapi dari total naskah bisa dikatakan masih cukup ringan kerusakannya. Menariknya, peneliti menemukan sebuah teks yang berbunyi โalhaqqu hadal kitab umtaduhu Syeikh Muhammad Kholil Bangkalan al alimu alhubatul Islam, ini kitab kepunyaan gurunya Syeikh Muhammad Kholilโ pada bagian akhir terdapat angka tahun 1819.
Peneliti kemudian melakukan metadata dasar seperti pendokumentasian, dan analisa tahap awal dari jenis kertas, tinta, bentuk tulisan, hingga kontennya. Proses ini melibatkan diskusi dengan tokoh agama yakni kiai sebagi pemilik naskah dan filolog dari Surabaya Ahmadana Syachrizal Muziburrochman, M.Ag untuk membantu menterjemahkan teks dan konteks pada manuskrip tersebut. Pencarian ini bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi juga ziarah intelektual sebagai bentuk upaya untuk menyambung kembali ingatan kolektif masyarakat akan tradisi keilmuan Islam yang tumbuh subur di Jember.
Antara Harapan dan Ancaman
Meski menyimpan potensi besar, kondisi fisik manuskrip di Sumber Wringin menjadi perhatian utama. Beberapa di antaranya telah menguning, kertasnya mulai rapuh, dan sebagian tinta mulai memudar. Kelembaban udara, serangan serangga, serta tempat penyimpanan yang tidak memadai mempercepat kerusakan alami pada naskah-naskah ini. Selain itu, keterbatasan pengetahuan tentang konservasi naskah di kalangan pengurus pesantren juga menjadi tantangan tersendiri. Mereka menyadari pentingnya pelestarian, namun belum memiliki akses terhadap sumber daya dan pelatihan konservasi yang memadai.
Kajian Filologi dan Sejarah Lokal
Penemuan manuskrip di Sumber Wringin diharapkan dapat menjadi titik awal lahirnya semangat baru dalam kajian filologi pesantren di Jember. Banyak pesantren di pelosok Jawa Timur yang menyimpan naskah-naskah serupa namun belum tersentuh kajian akademik. Dengan adanya sinergi antara pesantren, kampus, dan pemerintah, kajian terhadap manuskrip bisa menjadi sumber pengetahuan yang memperkaya narasi sejarah Indonesia. Selain itu, naskah-naskah ini dapat menjadi bahan ajar tambahan bagi santri dalam memahami sejarah pemikiran Islam secara langsung dari sumber primer, bukan sekadar dari buku cetak. Ini dapat memperkuat identitas intelektual pesantren dan membangun rasa bangga terhadap warisan keilmuan leluhur.
Skriptorium Yang Tersembunyi
Kehadiran manuskrip di Pondok Pesantren Sumber Wringin merupakan bukti awal bahwa di masa lalu telah terjadi proses penulisan naskah di Jember. Di tengah gempuran zaman, manuskrip-manuskrip ini tetap diam menyimpan hikmah, menunggu untuk dibaca, dikaji, dan dirawat. Dengan keterlibatan berbagai pihak, dari pesantren hingga lembaga akademik, khasanah ini bisa menjadi pondasi penting dalam merawat jati diri keilmuan Islam di Nusantara. Semoga dari Sumber Wringin, mengalir kembali semangat literasi dan keilmuan yang membawa manfaat lintas generasi.
Tinggalkan Balasan