Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Resensi Novel Detail Kecil: Melihat Palestina dari Segi Sejarah yang Terpinggirkan

Avatar Fachri Syauqii

Apabila Trump menginginkan Palestina menjadi bagian dari Israel dengan kebijakan yang akan diterapkannya, apakah akan damai seperti imajinasi AI yang belum tentu terwujud

ย Aneh rasanya jika ada sebagian orang yang masih tidak mendukung kemerdekaan Palestina. Ini bukan berarti membela Palestina secara membabi buta, seperti halnya mendukung Hamas. Karena konteks antara keduanya sudah berbeda. Israel yang kita lihat hari ini pun, dengan rezim di bawah Netanyahu dan agen intelnya bernama Mossad, tidak lagi sama.

Apakah sah jika mereka membunuh sipil tanpa dosa yang tidak tahu menahu dan tanpa senjata. Oke, jika mereka membuat sebuah daftarย listย nama-nama yang diburu untuk dibunuh yaitu para petinggi Hamas. Tapi jika mengganggu, apalagi membunuh sipil, apakah tindakan itu benar?

Dalam novel โ€œDetail Kecilโ€, Adania Shibli membuka mata kita bagaimana sipil yang tidak bersalah menjadi korban. Apalagi jika mereka dituduh telah didoktrin oleh Hamas, justru itu adalah tuduhan yang tidak berdasar sama sekali. Apabila Trump menginginkan Palestina menjadi bagian dari Israel dengan kebijakan yang akan diterapkannya, apakah akan damai seperti imajinasi AI yang belum tentu terwujud.

Apa yang dibanggakan dari Amerika yang negaranya saja saat ini sedangย chaos. Jika pihak yang selalu ingin mendominasi beranggapan bisa meraih perdamaian, nyatanya itu jauh bara dari api.

Kita semua sudah tahu, ketika karya Adania ini dicekal oleh beberapa pihak, seperti pembatalan pemberian anugerah oleh Frankfurt Book Fair dengan alasan โ€œperlu memberi ruang bagi narasi Israel dalam melawan Anti-Semitismeโ€. Apa yang kita harapkan dengan karya-karya dari sudut pandang penulis Israel? Kebanggaan dalam membunuh? Menjual cerita sedih, seakan mereka telah lama ditindas dan sudah saatnya tanah yang dijanjikan itu menjadi milik kami? Namun, yang perlu ditekankan bahwa Adania bukan menulis sejarah melainkan melainkan menulis dari ruang-ruang yang paling sunyi, detail kecil dalam hidup manusia yang sering diabaikan oleh narasi besar.

Pengantar: Sastra sebagai Cermin Konflik

Pada buku berjudul โ€œMencari Setangkai Daun Surga: Jejak Perlawanan Manusia atas Hegemoni Kuasaโ€ tulisannya Anton Kurnia, ia mengutip buah pikirannya Milan Kundera yang menunjukkan ada tiga iblis berusaha untuk menjauhkan kita dari kekuatan revolusioner di dalam novel, pertama, agelaste yaitu kaum fanatik yang berpandangan sempit, kedua, menerima ide tanpa berpikir, dan ketiga, minor art yang berarti mendiktekan gaya hidup yang harus diikuti oleh setiap orang. Jika ada orang yang tidak mendukung Palestina, lantas apakah menormalkan perilaku pembunuhan?

Ketiga kekuatan itu bukan hanya membahayakan kebebasan berpikir, tetapi juga memadamkan suara-suara kemanusiaan yang muncul dari sastra. Dalam konteks konflik Palestina-Israel, ketika orang menolak membaca atau bahkan mendengarkan suara dari Palestina baik melalui berita alternatif maupun karya sastra bukankah mereka sedang membiarkan kekerasan menjadi sesuatu yang normal

Inilah ruang yang diisi oleh karya sastra seperti Detail Kecil karya Adania Shibli. Sastra tidak sekadar menjadi hiburan atau pelarian dari kenyataan, tapi justru menawarkan cara lain untuk memahami realitas dengan lebih dalam, lebih intim, dan lebih manusiawi. Dalam fiksi, kita tidak hanya melihat konflik dari ketinggian helikopter militer atau meja perundingan, melainkan dari dalam tubuh seorang korban, dari napas yang tercekat karena ketakutan, dari bisikan-bisikan yang nyaris tak terdengar.

Fiksi memiliki kemampuan untuk memanusiakan yang terlupakan. Ia tidak terikat pada objektivitas dingin seperti laporan berita, tapi justru menyelami kompleksitas emosi, luka, dan trauma yang membentuk kehidupan sehari-hari manusia di tengah kekerasan. Sastra memberikan ruang untuk merasakan, bukan hanya mengetahui. Ia membuat kita tinggal sejenak dalam pengalaman orang lain, mengalami penderitaan dari balik mata merekaโ€”dan dari sanalah lahir empati yang murni.

Melihat Palestina dari Segi Sejarah yang Terpinggirkan

Tokoh aku yang diceritakan dalam novel โ€œDetail Kecilโ€ ketika sedang melawat ke sebuah Museum untuk mencari tahu suatu peristiwa kecil tentang pembunuhan seorang gadis di tahun 1949. Adania menceritakannya dengan sangat apik. Tokoh aku seakan ingin mencari tahu bukti sejarah apa saja yang bisa menunjukkan peristiwa tersebut. Termasuk mengumpulkan banyak informasi seperti peta, senjata yang digunakan di tahun peristiwa itu terjadi, seragam tentara Israel, sampai ke detail yang paling kecil bahkan tidak terpikirkan oleh kita sekalipun, yaitu foto-foto yang membuktikan peristiwa itu pernah terjadi.

Pengalaman Cinta Syekh Muhammad Fuzuli, Sang Sufi Romantis!

Sebagai anak sejarah, saya sangat menikmati alur cerita tokoh aku ketika mendapat penjelasan dari seorang petugas museum yang menjelaskan barang serta koleksi dari museum. Ia mencoba mencari keterangan lengkap mengenai gadis tersebut yang menjadi korban keganasan tentara Israel. Apalagi ketika ia menyusuri sebuah peta yang diterbitkan oleh pemerintah Israel. Tentu ini menjadi studi yang menarik, bagaimana pemerintah Israel membuat nama-nama wilayah berdasarkan bahasa dan latar belakang sejarah mereka. Bahkan ada beberapa nama wilayah yang telah diubah, yaitu daerah Negev.

Sebelum berdirinya negara Israel tahun 1948, wilayah ini adalah bagian dari jaringan sosial-ekonomi yang berhubungan dengan masyarakat Arab dan Palestina lainnya. Namun setelah pembentukan Israel, wilayah Negev menjadi target proyek โ€˜Yahudisasiโ€™, yaitu kebijakan strategis Israel untuk mengubah demografi dan identitas wilayah dengan mengusir atau mengonsentrasikan komunitas Arab, serta mendirikan pemukiman Yahudi baru.Perubahan nama wilayah adalah bagian dari strategi ini.

Banyak nama-nama Arab diganti menjadi nama-nama Ibrani dengan akar kata dari Alkitab atau bahasa Ibrani modern. Ini bukan hanya soal bahasa, tapi juga soal kekuasaan atas narasi sejarah. Dengan mengganti nama, pemerintah Israel membentuk “ingatan kolektif” baru yang memisahkan tanah dari sejarah Arab-nya, dan menanamkan identitas nasional Yahudi pada ruang geografis tersebut.

Gambar. Peta buatan Israel tahun 1949.

Sumber. Provincial Booksellers Fairs Association

Ini merupakan titik awal dalam penelusuran sejarah yang mana pemenang telah mendominasi, sehingga mereka yang tersingkir, jejaknya harus dihapus agar tidak menunjukkan keberadaannya. Kekuatan utama novel ini mengembalikan manusia dalam politik, bukan sebagai angka korban atau statistik perang, melainkan sebagai jiwa yang terluka, sebagai tubuh yang dikhianati.

Adania Shibli tidak sedang membuat propaganda. Ia tidak sedang mendramatisasi. Ia hanya menulis tentang seorang gadis Badui berusia 13 tahun yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan oleh tentara Israel pada 1949. Kisah yang tidak akan kita temukan di buku-buku sejarah arus utama, karena terlalu “kecil”, terlalu “remeh” bagi narasi besar tentang negara, agama, dan perang.

Sebagai pembaca, kita tidak sedang diminta memilih pihak, tapi diminta untuk merasakan: bagaimana rasanya menjadi korban yang tidak pernah dicatat sejarah. Bagaimana rasanya hidup dalam dunia yang hanya memihak kepada yang kuat dan bersenjata. Maka membaca Detail Kecil adalah sebuah bentuk perlawanan, bukan dengan senjata, tapi dengan empati. Ini adalah ajakan untuk lebih kritis, bukan hanya pada Israel, tapi pada semua kekuasaan yang membungkam yang lemah.

Mendukung Palestina hari ini bukanlah bentuk keberpihakan buta, tapi panggilan kemanusiaan. Sama seperti kita tidak boleh membenarkan kekerasan oleh siapa pun, termasuk oleh Hamas jika menyasar warga sipil, kita juga tidak boleh mendiamkan penindasan yang dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan militer dan teknologi tercanggih, tapi mengarahkannya kepada orang-orang yang hanya ingin hidup normal. Adania Shibli telah menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan sastra bukan pada jawabannya, tapi pada keberanian untuk bertanya.

Avatar Fachri Syauqii

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter