Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Semangat “DIY”: Tren Skena Hingga Kepopuleran Musik Indie

Avatar Dafid Ibrahim
Skena dan musik indie bukan lagi persoalan lagu-lagu senja terapi itu kebebasan berekspresi

Istilah skena menjadi populer lagi karena pengaruh media sosial khususnya platform musik yang mendorong anak muda untuk berkreativitas lewat pakaian (Ilustrasi/Admin)

Istilah skena kini menjadi tren di kalangan anak muda sebagai fashion, padahal budaya skena pada awalnya bukan di bentuk sebagai tren fashion, tapi sebagai media kolektif anak-anak band dalam gigs untuk mempromosikan lagu. Skena awalnya muncul pada periode awal tahun 2000-an di Amerika sebagai subkultur aliran musik underground.

Fungsi skena untuk memfasilitasi band-band yang tidak memiliki banyak modal dan fanbase untuk mempromosikan musik, dengan semangat DIY (Do it yourself) dan kolektif skena musisi bisa terus berkarya tanpa takut musiknya tidak popular.

Aliran musik yang membentuk kolektif skena memang cenderung tidak diminati banyak orang. Adapun musik-musik yang sangat dekat dengan kolektif skena seperti genre punk, metal, shoegaze, rock, dan musik underground lainnya. Kini pengertian skena seiring berjalannya waktu semakin luas menurut Achmad Susanto (2024).

Istilah skena menjadi populer lagi karena pengaruh media sosial khususnya platform musik yang mendorong anak muda untuk berkreativitas lewat pakaian bahkan menciptakan aliran musik baru. Aliran musik baru ini disebut indie pop atau folk pop, aliran musik indie yang berarti independent merupakan sektor musik non-komersil, namun saat ini banyak musisi yang beranggapan bahwa musiknya beraliran indie atau musik senja seperti Daun Jatuh, Nosstress, Fourtwenty dan musisi indie lainnya.

Menurut Irfan Popish (2024) ada beberapa karakteristik etos kerja anak skena musik di sektor indie pop seperti musik anti kapitalis, musik indie menolak musiknya sebagai arus utama komersialisasi, musik indie cenderung fokus kepada kreativitas dan kemandirian.

Merangkul kolektif musik yang memiliki semangat DIY dan fokus membangun solidaritas antar musisi independent, seperti yang sudah dijelaskan independen berarti mengurus proses kreatif secara mandiri mulai dari, komposer, produser, label musik, aransemen, dan praktik artistik lainnya, yang terakhir menjaga idealisme atau karakteristik musik, dalam artian tidak menarget pasar, biasanya musisi berfokus pada isu problematis.

Popularitas “DIY” Masa Kini

Semangat DIY (Do It Yourself) telah menjadi pilar penting dalam pembentukan dan perkembangan skena musik, terutama dalam konteks musik independen dan underground. Konsep DIY mendorong musisi dan komunitas untuk menciptakan, memproduksi, dan mendistribusikan karya mereka secara mandiri tanpa bergantung pada label besar atau industri musik konvensional. Hal ini tidak hanya memberikan kebebasan kreatif, tetapi juga menciptakan ruang bagi ekspresi autentik yang sering kali terabaikan oleh arus utama.

Sejak awal kemunculannya pada tahun 1970-an, skena punk telah mengadopsi semangat DIY sebagai respons terhadap dominasi industri musik. Musisi punk berusaha untuk merilis musik mereka sendiri, mengorganisir konser, dan membangun komunitas tanpa intervensi dari pihak luar. Ini menjadi model yang diikuti oleh banyak genre musik lainnya, termasuk hardcore dan indie pop.

Di Indonesia, semangat ini mulai terlihat pada era 1990-an dengan munculnya band-band indie yang beroperasi di luar sistem label besar. Semangat DIY memungkinkan musisi untuk mengeksplorasi tema-tema yang lebih beragam dan terkadang kontroversial.

Misalnya, band-band seperti Grrrl Gang dari Yogyakarta tidak hanya menghasilkan musik tetapi juga menyuarakan perspektif feminis melalui lirik mereka. Mereka menunjukkan bahwa dengan pendekatan DIY, musisi dapat menantang norma-norma sosial dan menciptakan ruang bagi diskusi yang lebih luas. 

Skena musik yang dibentuk oleh semangat DIY juga menciptakan komunitas yang kuat. Tempat-tempat seperti kafe-kafe alternatif dan venue konser underground menjadi “markas” bagi para penggemar untuk berkumpul dan berbagi pengalaman.

Dalam konteks ini, kolaborasi antar musisi dan anggota komunitas menjadi hal yang umum, di mana banyak proyek kreatif lahir dari interaksi dalam skena tersebut. Perkembangan teknologi, terutama internet dan media sosial, telah memperkuat semangat DIY dengan memudahkan musisi independen untuk mendistribusikan karya mereka.

Platform seperti Sound Cloud dan Spotify memungkinkan mereka untuk menjangkau audiens yang lebih luas tanpa biaya tinggi. Ini menunjukkan bahwa semangat DIY tidak hanya relevan dalam proses kreatif tetapi juga dalam aspek distribusi dan promosi.

Nafas Baru Genre Musik

Semangat DIY telah membentuk identitas skena musik dengan cara yang signifikan. Dengan memberikan kebebasan untuk berekspresi dan berinovasi, serta menciptakan komunitas yang saling mendukung, DIY telah menjadi kekuatan pendorong di balik banyak gerakan musik independen.

Melalui pendekatan ini, musisi tidak hanya menciptakan karya seni tetapi juga membangun budaya yang menentang norma-norma konvensional di masyarakat. Kini Musisi yang menyatakan sebagai aliran indie memiliki penggemar yang lebih, bahkan tidak sedikit musisi yang mengklaim bahwa musiknya beraliran indie sebagai pendukung popularitas dan cakupan skena yang lebih masif. Menurut Setiawan (2022).

Terdapat karakteristik musisi indie dalam berkarya yaitu, memiliki kebebasan dalam berekspresi tidak mengikuti selera pasar hal ini tentu bisa dilakukan para musisi indie karena kebanyakan mereka memiliki label sendiri, kerap mengangkat isu sosial melalui lirik sebagai simbol perlawanan. 

Sebagai contoh musisi indie yang populer dan yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kini adalah Baskara. Baskara adalah musisi yang memproduksi karya musiknya secara mandiri, selain penyanyi Baskara juga seorang penulis lagu, produser rekaman, dan komposer.

Baskara memiliki tiga band yaitu Feast, Hindia, dan Lomba sihir. Musisi yang memiliki nama panggung Hindia ini mampu mempertahankan idealismenya sebagai musisi indie namun tetap populer.

Baskara memiliki tiga banda sebagai alternatif untuk menyuarakan hal yang krusial dalam nuansa dan harmoni yang berbeda. Baskara mencatatkan rekor baru dalam sejarah Indonesia sebagai solois pria pertama yang mencapai 1 miliar pendengar streaming di spotify dalam album “Menari Dengan Bayangan”.

Tafsiran Masa Mendatang

Meskipun semangat DIY telah berubah dari musik underground hingga populer, dari musik non komersil hingga di komersilkan hal tersebut termasuk bagian dari perkembangan musik dan menunjukkan semangat DIY tetap eksis di kalangan musisi masa kini.

Semangat DIY seharusnya dimiliki setiap musisi karena dengan Semangat DIY musisi bisa mengeksplorasi ide-ide mereka tanpa Batasan label rekaman, dengan distribusi secara mandiri musisi bisa lebih jujur dalam berkarya tanpa harus mengikuti tren pasar (fomo).

Banyak musisi indie yang kini populer dan kerap kali melakukan tur keliling di festival-festival, hal ini memungkinkan mereka untuk membangun relasi penggemar lebih loyal dan intensi yang mendalam. Melalui semangat DIY kini industri musik membuka peluang penuh bagi musisi-musisi yang masih belum memiliki cukup biaya untuk biaya produksi.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan perubahan lanskap industri musik musisi indie akan semakin eksis baik dalam proses kreatif maupun pendistribusian melalui pemanfaatan platform seperti Spotify, Apple Music, dan Youtube.

Terdapat pendistribusian NFT dan Ceyptocurrebcy akan menambah peluang yang lebih luas bagi musisi indie untuk untuk menjual karya mereka secara langsung kepada penggemar dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token) dengan fasilitas yang telah disediakan musisi indie memiliki masa depan yang cerah dan terus berinovasi dalam bersaing di industri musik dengan semangat DIY.

Avatar Dafid Ibrahim

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter