Semenjak kakaknya, Ko Jun, mengalami kecelakaan hebat sampai koma bertahun-tahun dan saat bangun Ko Gyeom merawat kakaknya seperti bayi yang baru lahir. Memulai berjalan dari awal, mengangkat tangan untuk makan, dengan ingatan yang kabur.
Ko Gyeom menderita dan kalang kabut mencari uang sendiri kesana kemari sebagai kritikus film tanpa berkeluh kesah dengan siapapun. Kim Moo-bi saja ia tinggalkan. Ko Gyeom sangat berharap bahwa kakaknya bisa pulih kembali agar tidak menjadi anak yatim piatu yang ditinggal kakaknya juga.
Ko Gyeom tidak suka sendirian, itu mengapa dia selalu ingin akrab dengan semua orang. Suatu saat Kakaknya memburuk, selalu lupa jalan pulang, selalu melamun, merasa sakit di dada, seringnya tidak fokus jika diajak bicara. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba kakaknya ingin sekali berlibur keluar negeri yang pada awalnya Ko Jun tidak pernah ingin sesuatu.
Ko Gyeom pun heran dan memarahi Ko Jun karena meminta permintaan yang beruntun dan tiba-tiba dengan keadaannya yang semakin memburuk. Saat itulah penyesalannya dimulai. Semua rencana yang Ko Jun mau tidak pernah terlaksana dan lagi-lagi Ko Gyeom ditinggalkan orang tersayangnya tanpa tahu apa penyebabnya.
Ko Jun tidak pernah bilang bahwa ia sakit kronis. Semenjak itu Ko Gyeom berperang dengan dirinya yang merasa tidak tahu apa-apa tentang Ko Jun, kakaknya sendiri. Hal itu membuat Ko Gyeom seakan memiliki kepribadian ganda. Ko Gyeom merasa bahwa ia tidak cukup baik menjadi adik dan menyesal tidak berbicara lembut dan menanyakan berterus terang bagaimana keadaan Kakaknya saat itu.
Merenungkan tentang makna keberadaan orang tersayang
Drama Melo Movie menghadirkan kenyataan pahit yang sering kali tidak kita sadari dalam kehidupan. Betapa sulitnya mengungkapkan perasaan kepada orang-orang terdekat, terutama keluarga.
Orang yang terlihat ceria dan penuh energi ternyata menyimpan banyak beban, penyesalan, perasaan menyayangi hingga berkorban yang tidak pernah diungkapkan. Kisah Ko Jun dan Ko Gyeom mengingatkan kita bahwa menahan perasaan demi tidak membebani orang lain mungkin terdengar keren, tetapi pada akhirnya komunikasi semacam itu akan memiliki penyesalan yang lebih besar.
Penyesalan bahwa akan timbul perasaan tidak cukup menunjukkan kasih sayang saat mereka masih ada. Hubungan persaudaraan Ko Gyeom dan Ko Jun juga mengingatkan kita bahwa tidak ada yang bisa menjamin sampai kapan seseorang akan tetap bersama kita.
Sayangi jika masih ada, ingat di setiap momen. Karena pada akhirnya, hal-hal kecil seperti perhatian, mengobrol santai, keusilan dan kebersamaan itulah yang akan dikenang ketika seseorang sudah tiada.








Tinggalkan Balasan