Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Propaganda di Balik Jepretan Fotografer “Onnes Kurkdjian”

Avatar Exlima Ramadani

Tepat tahun 1885, Kurkdjian pindah ke Singapura, bekerja selama dua bulan di studio fotografer setempat, sebelum akhirnya menetap di Jawa pada 1886.

Orang Armenia mulai datang di Hindia Belanda sejak abad ke-17. Awalnya, mereka datang lewat jalur pernikahan, beberapa tokoh VOC di Batavia menikah dengan perempuan Armenia yang berasal dari India atau Singapura. Masuk abad ke-18, sejumlah pedagang Armenia mulai tinggal di Batavia dan diberi status vrijburger, semacam warga bebas yang setara dengan orang Belanda. Seiring berjalannya waktu jumlah mereka bertambah banyak. Orang Armenia sendiri adalah kelompok etnis Kristen yang berasal dari daerah Armenia. Sejak abad ke-17 mereka mulai pindah ke Asia Tenggara, termasuk ke Hindia Belanda. Tapi baru sekitar pertengahan abad ke-19 mereka mulai benar-benar menetap. Di Hindia Belanda, mereka banyak tinggal di Batavia, Jawa Tengah, dan terutama di Surabaya.

Komunitas Armenia ini cenderung tertutup, tapi mereka sangat menjaga budaya dan agama mereka. Mereka mendirikan gereja di Batavia tahun 1831, lalu medirikannya lagi di Surabaya tahun 1927. Selain itu, mereka juga memiliki organisasi sosial, sekolah, dan klub olahraga. Dalam dunia bisnis, mereka tergolong aktif khususnya di perdagangan, industri gula, dan perhotelan.

Meski begitu, mereka tetap menjaga jarak dari masyarakat lokal dan masih merasa dekat dengan tanah asal mereka di Persia dan Armenia. Orang Armenia juga aktif di bidang pendidikan, sosial, dan budaya. Mereka punya peran besar dalam ekonomi Hindia Belanda, terutama di bidang industri, hotel, dan seni.

Salah satu tokoh terkenalnya adalah Ohannes Kurkdjian, fotografer dari kawasan Kaukasus yang terkenal karena mendokumentasikan letusan Gunung Kelud pada 1901. Walaupun jumlah mereka tidak banyak, posisi mereka cukup tinggi karena memiliki status hukum yang setara dengan orang Belanda.

Ohannes Kurkdjian

Onnes (Ohannes) Kurkdjian (1851โ€“1903) adalah seorang fotografer Armenia yang memulai kariernya di Yerevan, lalu bermigrasi ke Singapura sebelum akhirnya menetap di Surabaya, Hindia-Belanda. Di Surabaya, ia mendirikan studio fotografi besar (atelier) yang mempekerjakan lebih dari 30 orang fotografer dan staf kamar gelap. Studio ini menghasilkan karya-karya foto topografis dan antropologis yang bernilai tinggi dan juga diterbitkan dalam bentuk kartu pos.

Setelah kematiannya, perusahaan ini diambil alih oleh perusahaan farmasi Helmig, namun tetap menerbitkan foto-foto dengan nama “Photografisch Atelier Kurkdjian” hingga 1930. 

Sebelum meninggalkan Armenia, Kurkdjian menghasilkan koleksi penting berupa foto-foto stereoskopik kota kuno Ani (kemungkinan diambil antara 1875โ€“1880), setelah wilayah itu dikuasai Kekaisaran Rusia. Foto-foto ini dicetak di Wina dan dijual sebagai set berisi 40 kartu berjudul “Ruines d’Armรฉnie, Ani”  yang diberi nomor tangan dan disusun menyerupai rute perjalanan keliling kota. Kartu-kartu ini dicetak oleh dua perusahaan berbeda, yaitu Eisenschimi & Wachtl dan A. Moll, dengan kualitas cetakan dan efek stereo yang berbeda.

Reruntuhan tembok berhias di istana pedagang atau Selรงuklu Sarayi (Istana Seljuk) Ani, Onnes Kurkdjian 1875-1880. Rijksmuseum.
Reruntuhan gerbang singa, Ani, Onnes Kurkdjian 1875-1880. Rijksmuseum. 

Karya Kurkdjian memuat simbolisme patriotik Armenia, seperti figur “Ibu Armenia”, dan ditulis dalam bahasa Armenia dan Prancis sehingga memicu kecurigaan pihak berwenang Rusia bahwa karya-karya ini mengandung unsur hasutan nasionalis.

Beberapa foto bahkan diukir ulang dan dipublikasikan dalam media internasional seperti The Graphic di London dan surat kabar Jerman pada tahun 1990-an. Hal ini menunjukkan pentingnya kontribusi Kurkdjian dalam dokumentasi budaya dan sejarah visual Armenia, serta pengaruhnya dalam membentuk identitas nasional melalui media fotografi.

Studio Foto Kurkdjian, Hasil Fotografi, dan Promosi

Tepat tahun 1885, Kurkdjian pindah ke Singapura, bekerja selama dua bulan di studio fotografer setempat, sebelum akhirnya menetap di Jawa pada 1886. Ia mendirikan studionya sendiri di Surabaya pada tahun 1890, bernama โ€œKurkdjian Atelier,โ€ yang berlokasi di Bultzingslowenplein (kini kawasan di antara Jalan Pahlawan dan Jalan Kramat Gantung, Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya). 

Studio Kurkdjian tidak hanya melayani jasa fotografi yang diminati pasar pada saat itu seperti portrait, profile individu baik di studio maupun di luar ruang atau dilokasi. Namun juga industri pabrik dan lanskap alam. Beberapa fotografi Kurkdjian juga menampilkan tinggalan benda arkeologi di Hindia Belanda seperti relier Candi Prambanan, Patung Arca di Candi Mendut, dan Candi Borobudur. 

Relief di kompleks Candi Prambanan, Onnes Kurkdjian 1904. Rijksmuseum.
Arca salah satu dari dua putra raja di Candi Mendoet, selatan Magelang, Hindia Belanda, Onnes Kurkdjian 1895-1915. Rijksmuseum.
Galeri Borobudur (Boroboedoer) dengan patung Buddha, dekat Magelang, Hindia Belanda, Onnes Kurkdjian 1895-1915. Rijksmuseum.

Selain itu Kurdjian menjual karya foto dalam bentuk album atau lembaran foto cetak, dengan tema seperti artistektural bangunan kota dan lingkungannya, gunung api atau perusahaan perkebunan hingga pejabat pemerintahan.

Potret kelompok pejabat tak dikenal di Surabaya, Onnes Kurkdjian 1890-1903. Rijksmuseum.
Keloed di Jawa Timur setelah letusan, Onnes Kurkdjian 1901. KITLV.
Danau kawah di dataran tinggi Idjen di Jawa Timur, Onnes Kurkdjian 1909. KITLV. 
Kolam ikan dengan rumah-rumah di tepi sungai di Tjipanas dekat Garoet, Hindia Belanda, Onnes Kurkdjian 1895-1915. Rijksmuseum. 

Meski studio Kurkdjian menunjukkan bahwa jepretan fotografinya berhasil menampilkan eksotisme alam yang menawan, namun usahanya untuk tetap mempromosikan studionya terus berjalan salah satunya melalui iklan surat kabar De Indische Courant yang diterbitkan pada 1929. 

Sumber: Delpher

Beberapa Fotografer Atelier Kurkdjian 

Lantaran keahliannya tersebut, studio Kurkdjian menjadi besar dan mampu merekrut banyak fotografer. Setidaknya studio Kurkdjian memiliki 30 pegawai dan berhasil membuatnya menjadi studio paling laris di Surabaya pada masa itu. Selain itu studio Kurkdjian juga berhasil melahirkan beberapa fotografer profesional pada masa itu, termasuk fotografer perempuan Thilly Weissenborn. 

BACA JUGA:

Thilly Weissenborn Pelopor Fotografer Perempuan Hindia Belanda

Photografisch Atelier Kurkdjianย berperan penting dalam sejarah fotografi kolonial di Hindia Belanda. Studio ini bukan hanya tempat produksi foto, tetapi juga pusat pelatihan dan pengembangan seni fotografi yang melahirkan fotografer-fotografer berpengaruh seperti Thilly Weissenborn dan Wijand Elbert Kerkhoff.

Melalui pendekatan dokumentatif dan artistik, karya-karya dari studio ini telah merekam berbagai dimensi kehidupan di Hindia Belanda, dari eksotisme alam, peninggalan arkeologis, hingga potret sosial masyarakat kolonial.

Kontribusi Ohannes Kurkdjian sebagai pendiri studio sangat menonjol, tidak hanya karena kualitas karya fotografinya, tetapi juga karena warisan institusional yang ia tinggalkan. Studio ini menunjukkan bahwa fotografi kolonial tidak hanya menjadi alat promosi atau propaganda, tetapi juga media ekspresi budaya, identitas, dan dokumentasi sejarah yang bernilai tinggi hingga saat ini.

Avatar Exlima Ramadani

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *





Subscribe to our newsletter