Sungai Brantas di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Nganjuk, memiliki makna mendalam bagi sejarah dan peradaban. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, sungai ini bukan sekadar aliran air, melainkan nadi kehidupan yang menggerakkan roda ekonomi, sosial, dan budaya. Kini, berabad-abad kemudian, peran vitalnya tetap terasa, namun dihadapkan pada tantangan serius yang menuntut perhatian bersama.
Brantas Sebagai Nadi Peradaban Majapahit
Di era Majapahit, Sungai Brantas memiliki lebar yang sangat luas, bahkan mencapai hampir dua kilometer di beberapa titik. Hal ini menjadikannya jalur utama distribusi hasil bumi seperti beras dan rempah-rempah, serta berbagai komoditas penting lainnya yang menopang kekuatan kerajaan.
Bukti sejarah dari Prasasti Kamalagyan (1037 M) dan Prasasti Canggu (1358 M) menunjukkan keberadaan pelabuhan-pelabuhan besar di sepanjang alirannya. Pelabuhan ini menjadi pusat aktivitas dagang yang menghubungkan wilayah pedalaman yang subur dengan pesisir sebagai gerbang maritim. Konektivitas inilah yang memperkuat posisi Majapahit sebagai kerajaan bahari sekaligus agraris yang unggul. (Buku mengenai kisah Majapahit)
Di wilayah Nganjuk, Brantas juga berfungsi sebagai sumber pengairan vital yang menjadi tulang punggung pertanian. Sistem irigasi ini menjadi saksi bisu kemajuan teknologi pengelolaan air pada masanya, membuktikan kemampuan Majapahit dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat.
Peran Brantas pada Masa Kolonial Belanda
Pada masa kolonial, peran Sungai Brantas bergeser seiring kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Sungai ini dimanfaatkan secara masif untuk mendukung ekonomi mereka, terutama untuk mengangkut hasil perkebunan seperti kopi, tebu, dan tembakau dari pedalaman menuju pelabuhan ekspor.
BACA JUGA: Masjid Al-Mubarok Berbek: Warisan Spiritual dan Budaya yang Perlu Dilestarikan
Pemerintah kolonial memang membangun infrastruktur irigasi dan kanal dengan teknologi yang lebih modern. Namun, eksploitasi yang berlebihan sering kali menimbulkan dampak negatif, seperti degradasi lingkungan dan rusaknya ekosistem sungai. Aktivitas pertambangan di sepanjang aliran sungai juga mulai marak tanpa pengawasan memadai, yang memicu kerusakan fisik dan pencemaran air. Meskipun peranannya didominasi oleh kepentingan kolonial, sungai ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat lokal.
Kondisi Sungai Brantas di Nganjuk Saat In
Memasuki era modern, fungsi Sungai Brantas sebagai sumber irigasi bagi lumbung pangan di Nganjuk tetap krusial. Namun, sungai ini menghadapi ancaman kerusakan lingkungan yang serius. Beberapa tantangan utamanya adalah:
- Penambangan Pasir Ilegal: Aktivitas ini marak terjadi di bantaran sungai, menyebabkan kerusakan ekosistem, mengubah aliran sungai, dan mengancam keselamatan warga sekitar.
- Pencemaran Limbah: Limbah rumah tangga dan industri yang masuk ke sungai secara langsung menurunkan kualitas air dan membahayakan kesehatan masyarakat yang bergantung padanya.
- Masalah Keselamatan: Area di sekitar sungai kerap menjadi lokasi kecelakaan, seperti kendaraan yang terjun ke sungai akibat minimnya penerangan dan pagar pengaman.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Brantas masih menyimpan peran sosialnya. Keberadaan perahu penyeberangan tradisional yang menghubungkan desa-desa menjadi pengingat bahwa sungai ini adalah ruang interaksi budaya yang hidup.
Pelajaran dari Masa Lalu, Harapan untuk Masa Depan
Sejarah Brantas di era Majapahit mengajarkan kita pentingnya hidup selaras dengan alam. Pengelolaan sungai yang terencana dan partisipatif terbukti mampu membawa kemakmuran. Semangat inilah yang perlu dibangkitkan kembali.
Ke depan, revitalisasi Sungai Brantas di Nganjuk harus menjadi prioritas. Langkah-langkah yang terpadu dan tegas sangat dibutuhkan, meliputi pengelolaan limbah, pengawasan ketat terhadap aktivitas destruktif seperti penambangan liar, serta peningkatan infrastruktur keselamatan.
Edukasi berbasis sejarah dan budaya juga tidak kalah penting. Dengan memahami fungsi vital sungai di masa lalu, generasi muda diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya.
Sungai Brantas di Nganjuk adalah warisan hidup yang menghubungkan kejayaan masa lalu dengan tantangan masa depan. Dari nadi peradaban Majapahit hingga sumber kehidupan masa kini, sungai ini harus dijaga dengan sepenuh hati. Melalui kolaborasi dan komitmen nyata, Sungai Brantas tidak hanya akan menjadi catatan sejarah, tetapi juga sumber inspirasi dan kehidupan yang lestari bagi generasi mendatang. Menjaga Brantas berarti menjaga identitas dan masa depan Nganjuk.
Tinggalkan Balasan