Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Melalui “Traveling Vintage”, Sejarawan Anna Nur Nita Ajak Pelajar Nganjuk Mengenal Candi Lor

Avatar Marsyidza

Para Siswa dan Siswi sedang mendengarkan penjelasan sejarah Candi Lor (Dokumentasi Istimewa)

Nganjuk, 13 Juli 2025 – Candi Lor, sebuah situs bersejarah, menjadi salah satu destinasi utama dalam kegiatan “Traveling Vintage Kabupaten Nganjuk 2025”. Program ini dirancang dengan konsep wisata edukasi yang mengajak para pelajar SMA untuk menyingkap cerita sejarah melalui kunjungan langsung ke tempat-tempat bersejarah di Nganjuk.

Dalam kunjungan ke Candi Lor, para siswa didampingi oleh mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam dari Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Mereka tidak hanya sekadar melihat dan berkeliling, tetapi juga mendapatkan penjelasan mendalam mengenai sejarah dan arsitektur Candi Lor langsung dari narasumber, Bapak Sukadi.

Bapak Sukadi menjelaskan bahwa Candi Lor diyakini berasal dari periode Kerajaan Medang atau yang lebih dikenal dengan periode Jawa Timur Kuna.

“Candi ini kerap dihubungkan dengan Prasasti Anjuk Ladang yang berangka tahun 937 Masehi. Prasasti ini merupakan piagam penetapan Desa Anjuk Ladang (kini Nganjuk) sebagai sima (daerah bebas pajak) oleh Raja Mpu Sindok.”

Kegiatan “Traveling Vintage” ini mendapat sambutan yang sangat positif dari para peserta. Antusiasme terpancar jelas dari raut wajah para siswa-siswi yang mengikuti setiap rangkaian kegiatan dengan penuh semangat.

Salah satu peserta, Kiyara, siswi dari SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk, berbagi pengalamannya. “Saya suka kegiatan seperti Traveling Vintage ini, bisa tahu bentuk Candi Lor secara langsung,” ujarnya bersemangat. “Sebelumnya saya cuma tahu penjelasan dari guru Sejarah waktu pelajaran di kelas. Melihatnya secara langsung jauh lebih seru dan mudah dipahami.”

Pengalaman Kiyara ini membuktikan efektivitas metode belajar langsung di situs sejarah, yang mampu mengubah pelajaran teoretis menjadi pengalaman yang nyata dan berkesan.

Kiyara dan Ana Siswi SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk

Aya, siswi lainnya dari SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk, mengungkapkan kekagumannya terhadap Candi Lor. “Candi Lor menurut saya cukup bersih dan terawat, padahal biasanya tempat umum yang ramai dikunjungi banyak orang, sampahnya ke mana-mana,” tutur Aya, menunjukkan apresiasinya terhadap pengelolaan situs.

Apresiasi terhadap keberlangsungan kegiatan ini juga datang dari salah seorang guru pendamping dari SMAN 3 Nganjuk.

“Sebagai guru, saya melihat bagaimana ‘Traveling Vintage’ berhasil mengubah pelajaran sejarah yang kaku menjadi petualangan nyata. Antusiasme siswa sungguh luar biasa, ini cara efektif untuk menanamkan kecintaan pada sejarah. Saya menyaksikan sendiri bagaimana peran mahasiswa sejarah sebagai pemandu mampu menjembatani pemahaman siswa. Mereka tidak hanya belajar, tapi juga berdiskusi dan merasa terkoneksi dengan masa lalu.”

Hal ini menunjukkan bahwa konsep “Traveling Vintage” telah dirancang dengan matang. Tidak hanya sekadar menentukan tempat-tempat yang akan dikunjungi, tetapi juga digagas agar para siswa dapat memahami sejarah dengan kesan yang menarik. Peran mahasiswa sebagai pendamping memberikan nuansa lebih, di mana kedekatan antara siswa dan mahasiswa menciptakan suasana yang harmonis sehingga materi sejarah dapat diterima dengan baik.

Ide brilian di balik “Traveling Vintage” ini datang dari Anna Nur Nita, seorang sejarawan asli Kabupaten Nganjuk yang memiliki visi jauh ke depan. Anna memiliki keyakinan kuat akan pentingnya mengenalkan sejarah dan kebudayaan daerah kepada generasi muda secara langsung. Baginya, pemahaman sejarah bukan sekadar hafalan tanggal dan nama, melainkan penjiwaan terhadap akar budaya yang membentuk identitas suatu bangsa.

BACA JUGA: “Traveling Vintage Kabupaten Nganjuk”: Edukasi Sejarah Lewat Wisata Budaya

Melalui kunjungan langsung ke berbagai situs bersejarah di Kabupaten Nganjuk tidak hanya Candi Lor, tetapi juga Museum Anjuk Ladang, Museum Dr. Soetomo, Candi Ngetos, dan Masjid Al-Mubarok Berbek Anna Nur Nita berharap para siswa SMA dapat memperoleh pengalaman yang berkesan. Lebih dari itu, ia bercita-cita agar kegiatan ini mampu menumbuhkan rasa memiliki, kepedulian, dan pada akhirnya, mencetak generasi muda yang siap menjadi pelestari warisan budaya Kabupaten Nganjuk.

“Ini adalah investasi kita untuk masa depan Nganjuk,” kata Anna. “Dengan memahami masa lalu, mereka akan lebih menghargai masa kini dan membangun masa depan yang lebih baik.”

Kisah Kiyara dan Aya hanyalah secuil dari beragam pengalaman berharga dan inspiratif yang didapatkan para peserta selama mengikuti “Traveling Vintage.” Program ini membuktikan bahwa belajar sejarah bisa menjadi petualangan yang menyenangkan, menarik, dan penuh makna. “Traveling Vintage” adalah langkah nyata dalam menjembatani generasi, memastikan bahwa cerita-cerita lama terus diceritakan, dipelajari, dan dihargai oleh mereka yang akan menjadi pewaris dan penjaga kebudayaan di masa depan. Kabupaten Nganjuk, dengan segala warisan adiluhungnya, siap melangkah maju bersama generasi mudanya yang kini semakin bangga akan identitas dan sejarah lokal mereka.

Avatar Marsyidza

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *





Subscribe to our newsletter