Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Dilema Anak Soshum,Saat Passion Dianggap Tak Menghasilkan!

Avatar Gazza Ramdhani

Lulusan seni dalam banyak kasus dianggap hanya mampu menjadi “seniman” tanpa jaminan pasar (Paulo Nozolino)

Dilema lulusan seni! Memang Ilmu seni rupa, sastra, dan kebudayaan memiliki fungsi strategis dalam membentuk identitas bangsa serta memperkuat jati diri nasional. Ia menjadi wahana ekspresi nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan sejarah panjang peradaban. Pentingnya ilmu ini tampak dalam kemampuannya menjembatani keragaman suku, agama, dan bahasa melalui simbol-simbol estetis yang mempersatukan.

Ilmu kesenian, terutama seni rupa, menjadi penting karena melatih kepekaan estetika dan kemampuan visual dalam memahami serta mengekspresikan dunia. Seni rupa tidak hanya menghasilkan objek visual yang indah semata, tetapi juga menyampaikan pesan sosial, budaya, dan spiritual yang mendalam. Dalam kehidupan modern, seni rupa berperan besar dalam desain produk, arsitektur, media visual, dan industri kreatif lainnya. Ilmu ini juga mengasah kreativitas, imajinasi, serta kemampuan problem solving melalui pendekatan visual dan material. Dengan mempelajari seni rupa, individu diajak memahami keberagaman bentuk, simbol, dan makna yang hidup dalam masyarakat.

Ilmu sastra tidak hanya menyajikan keindahan bahasa, tetapi juga merekam sejarah, budaya, dan pergolakan batin suatu zaman. Ilmu ini melatih kepekaan, empati, serta kemampuan kritis dalam menafsirkan simbol dan narasi kehidupan. Dalam dunia pendidikan dan komunikasi, penguasaan sastra memperkuat keterampilan menulis dan berbicara secara efektif. Di tengah arus informasi yang cepat dan dangkal, sastra menjadi ruang refleksi yang menyeimbangkan logika dan rasa.

Ilmu kebudayaan atau etnografi membantu kita memahami cara hidup, nilai, dan sistem kepercayaan berbagai kelompok masyarakat. Selain seni rupa dan sastra, ilmu kebudayaan dapat membuka wawasan tentang keragaman yang ada di Indonesia maupun dunia, sekaligus menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai. Dengan memahami budaya orang lain, kita dapat membangun komunikasi yang lebih efektif dan empatik dalam kehidupan sosial, serta berperan penting dalam pelestarian tradisi lisan, adat istiadat, dan pengetahuan lokal yang terancam punah.

Ketiganya menjadi sarana ekspresi dan refleksi atas realitas sosial, sejarah, serta nilai-nilai kemanusiaan. Seni rupa menyampaikan gagasan melalui visual, sastra mengolahnya lewat bahasa, dan kebudayaan merangkumnya dalam praktik hidup sehari-hari. Mempelajari ilmu-ilmu ini melatih kepekaan estetika, kemampuan berpikir kritis, dan penghargaan terhadap keberagaman. Di tengah arus globalisasi, ketiganya menjadi tameng bagi pelestarian warisan lokal sekaligus jembatan untuk dialog antarbangsa.

Sudut Pandang Orang Tua

Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak mereka yang memilih jurusan sastra dan kesenian. Kekhawatiran ini sering kali berakar pada ketidakpastian masa depan pekerjaan. Mereka membandingkan pilihan ini dengan jurusan lain yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi dan stabilitas karier. Orang tua takut jika setelah lulus, anak mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap dan harus hidup dalam ketidakpastian penghasilan. Kekhawatiran ini diperkuat oleh minimnya informasi mengenai jalur karier yang bisa ditempuh oleh lulusan jurusan seni.

Lulusan seni dalam banyak kasus dianggap hanya mampu menjadi “seniman” tanpa jaminan pasar. Pandangan ini membuat sebagian orang tua berusaha membelokkan pilihan studi anaknya ke bidang yang dianggap lebih realistis. Namun dalam kenyataannya, bakat dan minat anak di bidang seni tidak dapat begitu saja dipinggirkan. Ketakutan orang tua sebenarnya mencerminkan kegagalan sistem dalam menjamin ruang hidup yang layak bagi pekerja seni.

Tantangan Mahasiswa Lulusan Seni, Sastra, dan Kebudayaan

Banyak generasi muda yang ingin menjadikan passion mereka dalam menggambar, melukis, atau mencipta karya sebagai jalan hidup yang bermakna. Perkembangan industri kreatif yang pesat membuka peluang kerja baru bagi lulusan seni di bidang desain, animasi, perfilman, dan media digital. Jurusan ini juga memberikan kebebasan berpikir serta pendekatan pembelajaran yang tidak kaku, membuat proses belajar terasa lebih dinamis dan personal. Banyak mahasiswa memilih seni karena merasa lebih autentik dan dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya.

Adapun realitas lapangan kerja bagi para mahasiswa lulusan seni murni dihadapkan pada tantangan besar pasca-kelulusan, terutama dalam menghadapi dunia kerja yang sering kali tidak memahami nilai karya seni. Mereka harus bersaing dalam ekosistem yang belum sepenuhnya menghargai seni sebagai profesi yang sah dan menjanjikan. Banyak di antara mereka terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan kompetensinya demi sekadar bertahan hidup.

Kurangnya akses terhadap galeri, ruang pamer, atau program inkubasi kreatif menjadi penghalang besar dalam menyalurkan potensi mereka. Tantangan ini diperparah dengan minimnya dukungan finansial dan promosi dari pemerintah maupun sektor swasta terhadap karya-karya lokal. Akibatnya, tidak sedikit lulusan seni yang akhirnya meninggalkan dunia keseniannya. Padahal, di tangan mereka, identitas dan warisan budaya bangsa bisa terus hidup dan berkembang. Ketiadaan strategi pengelolaan potensi kreatif menyebabkan talenta seni muda seperti terabaikan.

Solusi yang Dapat Dilakukan

Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan kurikulum pendidikan seni dengan muatan kewirausahaan, manajemen seni, serta pemanfaatan teknologi digital. Mahasiswa seni murni perlu didorong untuk mengembangkan portofolio digital sebagai sarana promosi karya dan personal branding. Inkubator bisnis seni di kampus dapat menjadi ruang pengembangan ide dan jejaring pasar.

Bagi lulusan jurusan bahasa dan sastra, penguasaan keterampilan tambahan seperti penerjemahan, penulisan kreatif, dan content writing menjadi pertimbangan untuk memperluas peluang kerja. Mereka juga dapat memanfaatkan media digital untuk membangun karier sebagai penulis lepas, editor, atau kreator konten literasi. Kolaborasi lintas disiplin dengan bidang teknologi, pendidikan, dan media membuka ruang baru dalam industri kreatif berbasis bahasa.

Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dapat menjadi jembatan antara lulusan seni dengan dunia industri dan masyarakat luas. Program-program seperti festival seni, beasiswa berkarya, hingga kerja sama dengan komunitas kreatif lokal harus digalakkan secara serius.

Ekosistem seni yang sehat perlu diupayakan, seperti penyediaan ruang kreatif, akses modal usaha, serta promosi karya melalui platform digital resmi. Perlu pula adanya integrasi antara dunia pendidikan seni dan dinas kebudayaan, sehingga karya mahasiswa tidak berhenti di ruang akademik saja. Dengan dukungan sistemik yang tepat, lulusan seni dapat berkembang menjadi pelaku kreatif yang tidak hanya mandiri, tetapi juga berkontribusi nyata bagi pembangunan kebudayaan nasional.

Komunitas seni lokal harus diberdayakan untuk menciptakan ekosistem berkarya yang produktif. Dengan pendekatan yang adaptif dan inovatif, seni murni dapat menjadi sumber penghidupan yang berdaya saing tinggi di era ekonomi kreatif.

Avatar Gazza Ramdhani

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter