Dari Kekunoan Hingga Kekinian

Iklan Ramadan yang Bikin Orang Terbuai

Avatar Jergian Jodi
Suasana Bulan Ramadan

Sungguh kenangan yang sangat mahal dan tidak bosan untuk terus dikenang (Ilustrasi/Admin)

Iklan Ramadan menjadi alat promosi suatu produk untuk meningkatkan hasil penjualan agar menghasilkan keuntungan yang besar juga. Apalagi saat ini tekonologi yang canggih memudahkan iklan itu muncul dan masuk dalam sebuah industri dari beragam segmen media. Menurut saya, iklan saat ini tidak se-bermakna dulu misalnya secara khusus iklan Ramadan yang kita temukan di Televisi, Youtube, dan di media lainnya.

Kita ingat saat menedekati bulan Ramadan iklan-iklan busana muslim, Sirup Marjan, Sarung Wadimor, Biskuit Khong Ghuan, dan sebagainya tentu telah berseliweran di televisi. Bahkan saya masih ingat pengalaman yang selalu saya alami saat momen lebaran, bahwa pada realitanya biskuit Khong Ghuan tidak berisi biskuit melainkan kerupuk rengginang yang di buat dari beras ketan yang di goreng dan di bumbui bawang putih.

Kita tahu iklan membawa imajinasi kita dan menggugah hasrat seseorang menjadi penasaran dan segera untuk membeli produk tersebut. Iklan yang muncul di bulan Ramadan saat ini tentu mengedepankan visual yang lebih baik ketimbang di era 2000-an.

Ebiet G. Ade โ€œUntuk Kita Renungkanโ€ iklan PT Djarum

Iklan Ramadan PT. Djarum pada tahun 2009 tersebut menceritkan seorang kurir yang mengantarkan surat dengan menggunakan kendaraan motor CB. Seorang kurir yang harus datang ke tiap-tiap rumah dan harus menyebrangi sungai menggunakan perahu rakit. Di dalam iklan Ramadan dari PT. Djarum ini menggunakan back sound lagu Ebiet G. Ade berjudul โ€œuntuk kita renungkanโ€ sebagai latar suaranya. Liriknya sarat dengan realita kehidupan seolah iklan tersebut memang benar-benar hidup dan berhasil merepresentasikan nuansa Ramadan di jaman itu.

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat

Ketika kurir mengantarkan selembar surat kepada seseorang. Sayangnya, saat kurir telah sampai ke tujuan, surat tersebut justru dibuang oleh penerima yang sedang menaiki mobil sedan. Di akhir video iklan PT. Djarum terdapat tulisan “Jangan biarkan kemarahan membakar keramahan. Buka pintu keikhlasan hati.” Iklan ini mengajarkan seseorang harus ikhlas dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan

Jauh dengan makna kehidupan 

Meskipun iklan-iklan Ramadan di tahun 2000-an secara tampilan gambar atau mungkin kecanggihan peralatan tidak sebagus iklan yang dihasilkan saat ini. Tetapi bagi saya iklan saat ini tidak begitu kuat akan kesan dan pesan yang ingin di sampaikan kepada penonton. Iklan saat ini hanya mengedepankan kualitas visual tanpa menyelipkan makna penting yang akan di sampaikan di bulan Ramadan.

Melihat iklan dari PT Djarum tentu mengantarkan saya kepada banyak hal yang tidak bisa saya gambarkan bagaimana kedamaian dan kebahagaiaan di momen itu. Misalnya, mengingatkan saya terhadap orang tua yang saat itu masih muda, meminta tanda tangan seorang imam salat Tarawih, ngabuburit di tepi sawah, mudik dan puasa setengah hari. 

Sungguh kenangan yang sangat mahal dan tidak bosan untuk terus dikenang. Iklan Ramadan saat itu mampu membawa seseorang untuk bernostalgia, kesan dan pesannya berhasil disampaikan sehingga dapat dirasakan hingga saat ini. Bagi saya iklan-iklan Ramadan saat itu telah berhasil mencuri perhatian saya dan kalau bisa iklan-iklan itu juga di tampilkan lagi tidak hanya di televisi saja tetapi setiap iklan di Youtube misalnya.

Iklan bikin kita lupa pada diri sendiri

Banyak hal yang bisa kita dapat dari tayangan iklan-iklan dulu misalnya tentang keharmonisan keluarga, kehidupan pedesaan yang masih asri, kebahagiaan, dan nasehat lainnya yang ditampilkan dalam iklan. Tetapi ada beberapa hal yang bikin kita terkadang tidak sadar saat melihat iklan Ramadan jaman dulu. Coba kalian tonton iklan Ramadan jaman dulu yang memorable banget. Saya bisa pastikan tanpa kalian sadari, kamu akan terbuai dan senyum-senyum sendiri karena iklan tersebut.

Mungkin ada beberapa hal yang memebuat diri kita terbuai bisa karena ciri khas latar suara, nuansa Ramadan yang ada dalam iklan tersebut, atau bisa jadi karena menonton iklan tersebut justru flashback ke masa itu. Menjalani Ramadan bersama anggota keluarga yang masih lengkap. 

Begitulah cara saya mengartikan hidup dengan mengumpulkan sisa-sisa ingatan yang tercecer dengan menonton iklan-iklan Ramadan jaman dulu sekaligus menyiapkan hidangan buka puasa untuk Ibu dan Ayah.

Avatar Jergian Jodi

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Subscribe to our newsletter